Berbeda Tapi Satu Tujuan

img
Andi Panjaitan, Pemred Harian Momentum.

MOMENTUM-- Perbedaan itu hal biasa. Namanya juga demokrasi. Terkadang keinginan kita tidak selalu sama dengan yang lain. Begitu juga sebaliknya.

Contoh terkecil saat di rumah. Anak dan istri selalu berbeda pendapat soal menu tontonan di layar televisi (tv). Anak lebih cenderung memilih film kartun. Sedangkan istri menyukai sinetron atau drama korea. Lebih populer dengan sebutan drakor.

Saya? Tentu lebih menyukai acara debat atau diskusi. Bisa tentang politik, pemerintahan, atau hal menarik lainnya. Tergantung situasi hati saat itu.

Tapi terkadang harus rela ikut menikmati tontonan film kartun--pilihan anak- anak. Selain kalah suara, tidak ada salahnya sesekali mengalah. 

Demi kebaikan bersama, terkadang kita memang harus melupakan ego. Coba bayangkan, jika saya tetap ngotot memilih siaran tv tentang debat, tentu si bungsu akan menangis.

Belum lagi si abang. Dia lebih memilih bermain di luar rumah bersama temannya. Atau nge-game online di telepon genggam androidnya.

Dampaknya, bisa terjadi perpecahan dalam kerluarga. Terutama soal harmonisasi. Itu hanya contoh untuk ruang lingkup kecil saja.

Bagaimana dengan lingkungan yang lebih besar? Seperti organisasi misalnya. Sudah pasti perbedaan pendapat selalu ada.

Bicara soal organisasi, saya jadi teringat dengan agenda Konferensi XI PWI Provinsi Lampung. Dalam waktu dekat, organisasi profesi tertua dan terbesar ini akan melaksanakan hajat besar.

Salah satu agenda pentingnya: memilih ketua untuk lima tahun mendatang. Sebab, kepengurusan periode 2016-2021, berakhir di bulan Nopember.

Beberapa kandidat bakal calon ketua sudah terang- terangan mengumbar niatnya ke publik. Ada juga yang masih malu- malu. Mungkin sedang menyusun strategi baru kemudian deklarasi.

Menjelang pemilihan ketua, biasanya para anggota cenderung akan mengelompok. Mereka lebih memilih berkumpul dengan anggota yang sehaluan.

Bahkan tidak jarang terjadi pembusukan karakter. Saling sikut dan saling menjatuhkan. Pendukung A akan menjelekkan calon B. Begitu juga sebaliknya.

Tapi hal itu tidak terjadi di PWI. Beberapa pengurus inti organisasi yang sudah menyatakan maju sebagai calon penerus Supriyadi Alfian, tetap solid.

Tetap kompak dalam rapat pleno yang dilaksanakan Sabtu sore, di Balai Solfian Ahmad. Masing- masing mengeluarkan ide terbaiknya. Saling bertukar pendapat.

Suasana itu tercipta karena saya yakin semua kandidat memiliki visi yang sama. Membesarkan organisasi. 

Siapa pun yang nantinya terpilih, tentu harus mengantongi suara terbanyak dalam pemungutan suara. Syukur bisa aklamasi—seperti konferensi sebelumnya. Tentu akan lebih baik lagi.

Pastinya, ketua terpilih akan menjadi penentu langkah PWI lima tahun ke depan. Itu saja. Tabik pun. (**)






Editor: Harian Momentum





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos