Jalan Raya yang Menyakitkan

img
Muhammad Furqon

MOMENTUM -- Pada Sabtu 29 Januari 2023, saya menjemput saudara ibu di pool bus antarkota di daerah Rajabasa, Bandarlampung. Suami istri itu minta diantarkan ke desa dekat Kotabaru, Lampung Selatan untuk menengok orangtuanya yang sakit.

Selama ini, pasutri yang usianya sudah lebih dari 60 tahun itu, saat berpergian selalu berboncengan mengendarai sepeda motor bebek. Seperti, ketika menengok anaknya di Bandarlampung atau bersilaturahmi dengan keluarganya di luar daerahnya.

Ketika berangkat silaturahmi, mereka membawa dua tas berukuran cukup besar. Satu berisi oleh-oleh yang diletakkan di plantangan sepeda motor. Satu lagi, ransel berisi pakaian yang digembol di pundak istrinya. Terkadang masih ada satu lagi. Bekal makanan dalam plastik kresek dan diletakkan di jok motor di antara suami istri.

Dengan bekal itu, mereka tak perlu mampir warung untuk membeli makan. Sekaligus bisa berbagi kegembiraan dengan memberikan sedikit oleh-oleh dari kampung kepada kerabat yang dikunjungi.

Begitulah perjalanan silaturahmi mereka dengan sepeda motor menempuh jarak lebih dari 100 kilometer. Namun, pada hari itu mereka mencoba naik bus angkutan umum. Istrinya khawatir, jika menggunakan sepeda motor akan kehujanan di perjalanan. Meski ini bisa disiasati dengan berteduh.

Ternyata, naik bus angkutan umum justru membuat mereka menderita. Lebih parah dibandingkan dengan menggunakan sepeda motor. Tiba di pool bus antarkota sekitar pukul dua siang, mereka mengaku lega. "Untung tidak sampai muntah di perjalanan," begitu katanya.

Menurut dia, hampir seluruh penumpang bus berasa mual dan kepalanya pening. Bahkan, ada balita yang menangis sepanjang perjalanan dan meminta turun. Dia berusaha menahan diri agar tidak muntah di saat berada di bus.

Seyogyanya, berpergian dengan bus angkutan umum pada saat ini, penumpangnya nyaman dan bahkan bisa tidur nyenak. Karena kendaraannya masih bagus, AC-nya juga dingin.

"Boro-boro tidur. Tidak muntah pun sudah bagus," begitu komentarnya.

Menurut dia, biang-kerok yang membuat bus tak nyaman bagi penumpang karena jalannya rusak parah. Nyaris tak ada bagian badan jalan yang mulus. Hampir seluruhnya dipenuhi lubang. Mobil pun harus merayap, oleng ke kiri dan ke kanan sepanjang perjalanan. Rem yang berulang kali dinjak sopir karena melintasi lubang, memperparah goncangan kendaraan.

Penumpang paling menderita saat bus melintas dari Rumbia hingga memasuki Kecamatan Punggur. Jalan sekitar 40 kilometer itu, ditempuh dengan waktu lebih dari dua jam.

Sebenarnya, kerusakan jalan yang masuk wilayah Kabupaten Lampung Tengah itu, bukanlah kabar baru. Sudah berlangsung bertahun-tahun. Dan, hingga kini kondisi jalan Kotagajah-Rumbia masih menjadi jalan raya yang menyakitkan. (*)






Editor: Muhammad Furqon





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos