Harianmomentum.com — Polda Lampung akan terus
memburu tempat pembuatan senjata api (senpi) ilegal yang diduga masih banyak
terdapat di daerah ini.
Selain akan mengusut kasus pembuatan senpi ilegal di
Tanjungsari Kecamatan Jabung Kabupaten Lampung Timur, Kapolda Lampung Irjen Pol
Suntana menduga masih banyak tempat lain yang menjadi sarang pembuatan senpi
ilegal.
“Jajaran intelijen kami, baik Polri maupun Korem terus
mengapdet data terbaru terkait kasus ini. Kita terus melakukan pemetaan di
berbagai titik,” kata Kapolda kepada media usai kunjungan di Markas Komando
(Mako) Korem 043/Gatam, Rabu (17/1/18).
Biasanya, lanjut dia, pelaku kejahatan semacam ini memang
memilih tempat-tempat yang terpencil dan jauh dari intaian aparat penegak
hukum, seperti wilayah perbatasan.
“Biasanya mereka sembunyi dari kejaran aparat, maka TNI dan
Polri harus membangun koordinasi intelijen yang baik,” ungkapnya.
Diduga, ada keterkaitan oknum penegak hukum dalam kasus ini.
Masalahnya, hanya oknum penegak hukum atau oknum tertentu yang bisa memberikan
akses peluru. Tanpa peluru, senpi rakitan tidaklah berguna. “Semua akan kita
selidiki. Terkait peluru, kita belum bisa menduganya,” ucapnya.
Menurut Jendral bintang dua ini, bukan hanya Polri dan TNI
saja yang memproduksi peluru. “Di perbakin jugakan ada penjualan peluru. Polisi
dan TNI juga punya peluru organik,” sebutnya.
Dia menegaskan, jika ada anggotanya yang terbukti terlibat
dalam kasus senpi ilegal ini, ia tidak segan-segan untuk mengambil tindakan
tegas. “Kalau terbukti ada aparat yang ikut serta, kita akan memberi tindakan
tegas,” ujarnya.
Terkait pemetaan yang telah dilakukan aparat penegak hukum,
dia kembali mengatakan bahwa wilayah yang dipetakan rentan kejahatan perakitan
Senpi ilegal adalah diwilayah perbatasan.
“Wilayah yang berbatasan dengan wilayah lain. Termasuk
mesuji. Namun, semua tempat memungkinkan terjadi. Jadi, saya anggap semua
wilayah berpotensi rawan,” jelasnya.
Karenanya, Kapolda berpesan agar masyarakat dapat berperan
aktif dalam menyampaikan aksi-aksi kejahatan diwilayahnya. “Wilayah kita ini
luas, jumlah anggota kits secara rasio tidak mencukupi, maka tetap kita meminta
informasi dari masyarakat terkait hal itu,” jelasnya. (acw)
Editor: Harian Momentum