MOMENTUM--Was-was. Itu yang saya dan teman-teman wartawan rasakan saat hendak meliput demonstrasi.
Bukan tanpa alasan. Kami mendapat banyak informasi bahwa ada teman-teman pers di daerah lain turut kena imbas dari aksi tersebut.
Ada yang diintimidasi. Ada pula yang sampai ditangkap dan dipukul oleh oknum meski sudah mengaku dari pers.
Wajar kiranya, jika kami yang di Lampung pun ikut was-was. Saya dan kawan-kawan pun sebisa mungkin tidak memisahkan diri dari rombongan.
Kami juga memakai atribut lengkap yang menunjukkan identitas masing-masing.
Antisipasi kalau sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Apalagi, dalam beberapa waktu terakhir, aksi demonstrasi selalu berujung anarkis.
Makanya kami sebagai pers pun khawatir kejadian serupa terjadi di Lampung.
Alhamdulillahnya, aksi yang kami khawatirkan pun tidak terjadi. Meski sempat memanas, namun massa mampu diredam.
Pejabat tinggi hingga tokoh-tokoh masyarakat pun turun langsung menemui massa.
Tak butuh waktu lama, demo pun selesai. Aksi itu hanya membutuhkan waktu sekitar tiga jam.
Ketika aspirasi tersampaikan dan diterima, massa pun membubarkan diri.
Tak ada aksi coret-coret hingga bakar-bakaran. Itulah Lampung. Semuanya mampu diatasi dan diantisipasi tanpa disusupi.
Dalam aksi itu, Kapolresta Bandarlampung Kombes Pol Alfret Jacob Tilukay berperan cukup baik.
Menurut saya, apa yang dilakukan Kapolresta patut diacungi jempol. Dia tahu kapan harus meninggikan nada bicara dan menurunkannya.
Ya, tapi ini hanya menurut saya sih. Karena saya menyaksikan bagaimana cara dia menyambut dan menenangkan massa saat mulai memanas.
Tentunya, bukan cuma beliau. Semua pihak turut berperan dalam menjaga kondusifitas. Mulai dari massa aksi, aparat kepolisian, TNI hingga masyarakat.
Pun begitu para pejabatnya yang mau mendengarkan aspirasi dari massa. Termasuk Gubernur Rahmat Mirzani Djausal.
Kehadiran dan pernyataan dia yang menyebut aman bersama mahasiswa turut menenangkan massa aksi. Sehingga, aspirasi bisa tersampaikan dengan baik.
Hasilnya, bisa kita saksikan bersama, aksi di Lampung berakhir dengan damai. Tanpa adanya aksi-aksi lanjutan yang mengarah ke tindakan anarkis.
Dari aksi di Lampung ada satu pelajaran yang bisa dipetik. Bahwasanya, demonstrasi itu dihadapi, jangan lari.
Pejabatnya hadir dan mendengar aspirasi. Massa tenang, Lampung pun damai. Tabik (**)
Editor: Agung Darma Wijaya