120 Tahun Syarikat Islam, Pelopor Kebangkitan Nasional dari Laweyan Solo

img
Presiden Lajnah Tanfidziah Syarikat Islam (SI) Hamdan Zoelva saksikan perikatan bisnis Koperasi SI dengan koperasi swasta. Foto: Ist.

MOMENTUM, Jakarta -- Syarikat Islam (SI) menandai usia ke-120 tahun dengan refleksi sejarah panjang pergerakan kebangsaan. Organisasi yang lahir di Laweyan, Solo, pada 16 Oktober 1905 itu dikenal sebagai pelopor kesadaran nasional dan ekonomi umat Islam di masa penjajahan.

Presiden Lajnah Tanfidziah SI Hamdan Zoelva dalam sambutannya di Milad ke-120 di Jakarta Convention Centre, Kamis (6/11/2025), menyebut bahwa sejarah SI adalah “arsip hidup Indonesia” yang menyatukan nilai keislaman dan kebangsaan.

“Dari Syarikat Islam, kita belajar tentang bagaimana Islam dan nasionalisme tumbuh bersama. Para pendiri SI seperti HOS Tjokroaminoto telah merumuskan cita-cita kemerdekaan jauh sebelum Indonesia merdeka,” ujarnya.

Baca juga: Syarikat Islam Tak Akan Jadi Partai Politik, Fokus pada Dakwah Ekonomi

Hamdan menjelaskan, sejak awal SI menempatkan pembangunan ekonomi rakyat sebagai pilar utama perjuangan. Nilai-nilai dalam Program Asas dan Program Tandhim yang dirumuskan sejak 1917 menjadi landasan gerakan menuju kemerdekaan sejati — yakni kehidupan yang adil, makmur, dan diridai Allah SWT.

Menurut Hamdan, prinsip-prinsip perjuangan SI tetap relevan hingga kini. Tantangan bangsa modern seperti ketimpangan ekonomi, kesenjangan pendidikan, dan persoalan keadilan sosial harus dijawab dengan semangat persatuan dan gotong royong sebagaimana ajaran para pendiri SI.

“Ketimpangan ekonomi adalah bentuk ketidakadilan. Negara dan seluruh komponen bangsa harus bekerja bersama untuk menciptakan keseimbangan ekonomi,” tegasnya.

Dalam puncak peringatan Milad ke-120, juga digelar pameran Expo Connect Syarikat Islam 2025 yang menampilkan perjalanan sejarah SI dari masa HOS Tjokroaminoto hingga kepemimpinan Hamdan Zoelva.

Pameran tersebut menegaskan posisi SI sebagai organisasi kemasyarakatan Islam tertua di Indonesia yang tetap eksis dan bertransformasi mengikuti zaman tanpa meninggalkan nilai perjuangan awalnya — memperkuat umat, menegakkan keadilan, dan membangun bangsa. (**)






Editor: Muhammad Furqon





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos