Harianmomentum.com--Tanggal
3 April 2009 menjadi tonggak sejarah terbentuknya Pringsewu sebagai salah satu
kabupaten di Provinsi Lampung, hasil pemekaran dari Kabupaten Tanggamus.
Pada awal terbentuknya
kabupaten dengan luas wilayah 625 kilometer persegi ini, terbagi menjadi sembilan kecamatan: Kecamatan Pardasuka,
Ambarawa, Pagelaran, Pringsewu dan Kecamatan Gadingrejo. Selanjutnya: Kecamatan
Sukoharjo, Banyumas, Adiluwih dan Kecamatan Pagelaran Utara.
Potensi sumber daya alam Kabupaten Pringsewu memang terbilang minim dibanding kabupaten lain di Provinsi Lampung. Sektor pertanian tanaman pangan (padi) menjadi andalan Kabupaten Pringsewu.
Bupati Pringsewu Sujadi meninjua lahan pertanian Foto:ist
Data dinas pertanian
setempat menyebut, luas areal tanaman padi di Kabupaten Pringsewu mencapai
20.616 hektare dengan tingkat produksi rata-rata 5,6 ton per hektare. Dengan
kondisi tersebut menjadikan Kabupaten Pringsewu sebagai salah satu lumbung padi
di Provinsi Lampung.
Jumlah penduduk lebih kurang 457 ribu jiwa dan masih kental
dengan budaya gotong royong,menjadi modal besar untuk mewujdkan visi misi
Kabupaten Pringsewu Bersahaja—Berdaya Saing, Harmonis dan Sejahtera, yang
dicanangkan duet Bupati Hi. Sujadi dan Wakil Bupati Hi. Fauzi.
Tingkat kesadaran
masyarakat Kabupaten Pringsewu terhadap pentingnya pendidikan juga sangat
tinggi. Karena itu, tak heran jika di Kabupaten Pringsewu banyak berdiri
lembaga-lembaga pendidikan formal, dari jenjang pendidikan usia dini hingga
perguruan tinggi.
Dengan potensi tersebut, membuat Pemkab Pringsewu menempatkan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai program prioritas yang diiring dengan pengembangan sarana infrastruktur.
Lahan pertanian di Kabupaten Pringsewu. Foto ist
Menurut Bupati Hi.
Sujadi, penempatan upaya peningkatan kualitas SDM sebagai salah satu prioritas,
dilakukan untuk menunjang keberhasilan program pembangunan di bidang lainya
seperti: infrastruktur dan perekonomian.
Peningkatan kualitas SDM
tersebut dilakukan melalui program pendidikan. Program pembangunan bidang
pendidikan di Kabupaten Pringsewu ditetapkan sebagai pilot project (percontohan) oleh Pemerintah Provinsi
Lampung.
Pada tahun 2018, program
Pemkab Pringsewu difokuskan pada upaya memperkuat pembangunan infrastruktur
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Untuk memaksimalkan
pencapaian upaya tersebut ditetapkan delapan program prioritas: optimalisasi
pemenuhan sarana dan prasarana infrastruktur, peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
Selanjutnya: penanggulangan
kemiskinan, penguatan kedaulatan pangan, peningkatan perekonomian daerah,
optimalisasi pengelolaan ruang dan lingkungan hidup. Meningkatkan kehidupan
sosial masyarakat, serta meningkatkan tata kelola pemerintahan daerah yang
bersih dan transparan.
Sejarah
Singkat
Secara history,
terbentuknya wilayah Pringsewu dimulai dengan berdirinya pemukiman penduduk bernama Tiyuh (Desa)
Margakaya pada sekitar tahun 1738 Masehi.
Tiyuh Margakaya yang terletak di tepian aliran Way (sungai) Way Tebu
itu, dihuni penduduk asli suku Lampung .
Selanjutnya, pada tahun 1925, pemerintah kolonial Belanda
melaksanakan program kolonisasi dengan memindahkan penduduk dari wilayah padat di Pulau Jawa ke
Pulau Sumatera (daerah Lampung).
Tanggal 9 September
1925, sejumlah warga dari Pulau Jawa yang diboyong Belanda melalui program
kolonisasi, tiba di kawasan hutan bambu,
tak jauh dari pemukiman penduduk di Tiyuh Margakaya.
Dengan peralatan
sederhana, warga dari Jawa itu membuka hutan bambu tersebut menjadi daerah
pemukiman dan lahan pertanian. Penduduk dari pulau Jawa itu, kemudian memberi
nama daerah baru yang akan mereka tempati,
dengan sebutan Pringsewu. Kata Pringsewu dalam bahasa Jawa berarti Bambu Seribu.
Pada tahun 1936, di
Pringsewu berdiri pemerintahan Kawedanan Gedongtataan. Wedana pertama dijabat
Ibrahim hingga tahun 1943. Wedana berikutnya berturut-turut: Ramelan (1943),
Nurdin (1949), Hasyim Asmarantaka (1951), Saleh Adenan (1957), dan terakhir R.
Arifin Kartaprawira yang menjadi wedana sejak 1959-1964.
Pada tahun 1964, Kewedanaan GedongTataan dihapus dan Pringsewu menjadi kecamatan bagian dari wilayah Kabupaten Lampung Selatan.
Obyek wisata Bukit Pangonan, Kabupaten Pringsewu. Foto:ist
Sebelumnya, Pringsewu
juga pernah menjadi bagian dari Kecamatan Pagelaran. Termasuk menyandang status
Pemerintahan Negeri Pringsewu.
Sejarah berikutnya, pada
tahun 1997, Kecamatan Pringsewu bersama sejumlah kecamatan yang masuk wilayah administrasi Pembantu Bupati Lampung
Selatan Wilayah Kotaagung, menjadi bagian wilayah Kabupaten Tanggamus.
Selanjutnya pada tahun 2009, Pringsewu menjadi daerah otonomi (kabupaten) dipimpin Ir. H. Masdulhaq sebagai penjabat bupati. Selain Masdulhaq, Kabupaten Pringsewu juga pernah dipimpin Ir. H. Helmi Machmud dan H. Sudarno Eddi, sebagai penjabat bupati.
Pada tahun 2011 untuk
pertama kalinya Kabupaten Pringsewu punya
kepala daerah devinitif hasil pilkada serentak. H. Sujadi dan H.
Handitya Narapati SZP dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Pringsewu
periode 2011-2016. Saat ini Kabupaten Pringsewu dipimpin H. Sujadi dan H. Fauzi
sebagai Bupati dan Wakil Bupati periode 2017-2022. (red)
Editor: Harian Momentum