Harianmomentum.com--Rakata Institute merupakan satu-satunya lembaga
survei yang konsisten menjalankan kinerjanya dengan dimulai survei awal hingga
akhir yaitu quick count atau hitung cepat Pilgub Lampung, Rabu 27 Juni 2018.
Survei yang dilakukan
Rakata Institute dalam Pilgub Lampung terakhir pada 12-17 Juni 2018 perolehan
elektabilitas Arinal - Nunik 33,30 persen, Herman HN - Sutono 31,30 persen,
Ridho - Bachtiar 22,30 persen, dan Mustafa - Ahmad Jajuli 10,50 persen. Margin
of error sebesar 3,10 persen
Hasil tersebut tak
berbeda dengan hasil quick count yang memenangkan Arinal - Nunik dengan
perolehan suara 34,80 persen. Meskipun data yang masuk baru 95 persen namun
dengan pesaingnya Arinal - Nunik sulit untuk terkejar.
Direktur Eksekutif
Rakata Institute Eko Kuswanto mengatakan Rakata kala itu sedang menjalani
'hukuman' KPU Lampung yang dilarang memublikasikan hasil surveinya. "Nah
kami patuhi itu. Tapi ternyata data kami bocor ke media tanpa kami rilis,"
ucapnya.
Akhirnya Rakata,
lanjut Eko, meluruskan berita itu agar tidak menjadi kesalahpahaman berikutnya
antara Rakata dan media yang pernah terjadi sebelumnya. "Maka dilakukan
klarifikasi atas hasil itu. Kami akui itu data kami," ucapnya.
Secara umum, lanjut
Eko, sebuah survei yang dipersiapkan dengan baik secara ilmiah akan
menghasilkan data yang baik pula begitu pula sebalikmya. "Rakata telah
berpengalaman menguji metode kami selama 10 tahun ini dan hasilnya sangat
dinanti publik baik survei maupun hitung cepatnya. Menjadi kontraproduktif saat
publik sedang mencermati dinamika pilgub Lampung tapi data kami April menjadi
'cibiran' dan 'bully' yang tidak ilmiah lagi. Sudah menyerang personal,"
terangnya.
Eko tetap yakin atas
data yang disajikan ke publik. "Kami tetap yakin akan data yang kami miliki.
Namun tekanan dari banyak pihak mengaburkan data ini dengan isu-isu lain yang
di luar konteks. Hanya waktu yang akan menjawabnya," imbuhnya.
Dia menjelaskan lalu
data April makin dikuatkan dengan data Juni yang kecenderungannya memang sama
bahwa paslon 3 lebih unggul dari paslon lainnya meski tidak secara mutlak.
"Akhirnya data hari ini melalui Quick Count Rakata Institute mendapatkan
legitimasi atas data-data kami sebelumnya. Bahwa memang paslon 3 lebih
unggul," bebernya.
Eko menambahkan sebuah pelajaran berharga bahwa data bisa dianalogikan sebagai jamu yang sangat pahit. "Pahitnya data mungkin kelak akan terkonversi menjadi manisnya hasil, jika memandang data survei sebagai acuan dan digunakan untuk evaluasi," pungkasnya.(red)
Editor: Harian Momentum