Harianmomentum--Merambahnya jasa ojek online atau akrab disebut Gojek di
Provinsi Lampung menuai gejolak pelaku usaha tersebut.
Hal tersebut menjadi
keluhan pengelola ojek konvensional di Universitas Lampung (Unila), Asep (53)
saat dihubungi harianmomentum.com, Senin (8/5).
"Penghasilan
pengojek di sini mengalami penurunan secara signifikan, sehingga menimbulkan
gejolak," kata dia.
Dia menyebutkan,
mereka mengeluhkan turunnya penghasilan dari biasanya Rp100 ribu hingga Rp150
ribu berkurang.
Selain itu, ia
melanjutkan, biaya yang diberikan oleh gojek jauh lebih murah dari ojek
konvesional, akibatnya banyak penumpang yang beralih ke jasa tersebut.
"Kami nunggu dari
pagi sampai sore tapi tidak dapat penumpang karena banyak yang naik gojek,
nanti ujung-ujungnya lari ke kriminal kalau kayak gitu terus,"
ucapnya.
Roni (47) ojek
konvesional di Terminal Rajabasa Bandarlampung, sebelumnya memang sudah ada
kesepakatan, bahwa gojek tidak boleh mengambil penumpang di daerah
pangkalan.
"Kalau sampai
melanggar maka, perlengkapan gojek seperti jaket dan helm akan disita,"
ungkapnya.
Dia melanjutkan,
meskipun sudah ada kesepakatan tetapi dikhawatirkan kalau terus dibiarkan akan
terjadi bentrok antara ojek konvesional dan gojek.
"Ini seperti bom
waktu, hanya tinggal menunggu saja kapan meledaknya," jelas Roni.
Selain ojek
konvesional, sopir angkutan umum lainnya juga ikut mengeluhkan hal
serupa.
"Biasanya kalau
dari Central Plaza bisa bawa lima penumpang, sekarang paling dua
penumpang," terang Iyan (48) Sopir bus Trans Bandarlampung.
Dia mengharapkan agar
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung segera memberikan solusi sebelum
terjadinya bentrok dengan gojek.
"Kalau tidak,
jangan salahkan kami kalau kami bersikap anarkis, apa yang terjadi di Jakarta
bisa saja terjadi di Lampung," tegasnya. (adw)
Editor: Harian Momentum