Harianmomentum--Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek (RSUDAM)
Bandarlampung diduga menelantarkan pasien. Hal tersebut lantaran Reti (23)
warga Rawajitu Tulangbawang pasien kecelakaan yang dirawat di RS tersebut
merasa dipermainkan.
“Kami sangat kecewa
dengan pihak rumah sakit yang terkesan mempermainkan, anak kami sudah lama
dirawat namun tak juga dioperasi,” kata Mujiono (47) orangtua Reti kepada
harianmomentum saat ditemui di RSUADM Bandarlampung, Kamis (13/7).
Dia menjelaskan,
anaknya merupakan korban kecelakaan di Natar yang dirawat sejak 24 Juni lalu,
dan mengharuskan untuk dioperasi karena mengalami cidera pada tulang rahang
sebelah kanan.
“Awalnya dokter yang
menangani anak saya akan mengoperasinya, namun pada waktu itu anak saya
mengalami demam sehingga harus ditunda dan akan menjadwal ulang,” tuturnya.
Setelah beberapa waktu
berlalu, lanjut dia, pihaknya kembali menanyakan jadwal operasi tersebut,
tetapi dokter mengatakan masih mengatur waktu sambil menunggu anaknya membaik.
“Untuk kesekian
kalinya kami bertanya, namun dokter menjawab belum ada alatnya,” ujarnya.
Dia melanjutkan,
setelah menunggu beberapa lama, kemarin dokter memanggil istrinya dan
ditawarkan alat untuk operasi, namun harus membayar Rp1,5 juta.
“Istri saya langsung
mengiyakan walaupun belum dibayar, karena dia memikirkan yang penting anaknya
bisa cepat pulang,” terangnya.
Dia menjelaskan,
keluarga sangat bahagia karena anaknya akan dioperasi yang artinya bisa cepat
pulang.
Tetapi, lanjut dia,
harapan tersebut sirna lantaran dokter yang menangani anaknya mengatakan alat
tersebut tidak ada.
“Kan aneh, kemarin dia
manggil bilangnya ada dengan membayar sejumlah uang, tapi hari ini sudah tidak
ada,” tambahnya.
Selain itu, tambah
dia, pihak rumah sakit mengatakan akan memindahkan anaknya ke RS Urip
Sumohardjo Bandarlampung, tapi tidak ada jaminan disana ada alat yang
dibutuhkan untuk operasi.
Dia menerangkan,
langsung menolak tawaran tersebut dengan alasan kalau lebih baik menunggu di
RSUDAM sampai alatnya ada.
“Dokternya langsung
bilang, kalau mau menunggu seminggu sampai dua minggu, dua bulan bahkan sampai
dua tahun apakah sanggup,” terangnya sambil menirukan perkataan dokter
tersebut.
Dia mengaku sedikit
kesal dengan perkataan dokter tersebut, dan meminta lebih baik menunggu dirumah
saja sampai alatnya ada.
Namun, lanjut dia,
dokter yang kesal langsung berkata “ya terserah, kalau mau pulang silahkan,
tapi harus membayar semua biaya perawatan sebesar Rp7 jutaan”.
Setelah itu, dia
mengaku langsung meninggalkan dokter tersebut, tapi kemudian dirinya dipanggil
kembali.
“Saya dipanggil lagi,
dan diberi dua pilihan yakni memilih untuk dirujuk atau pulang paksa dengan
membayar biaya perawatan,” terangnya.
Dia menjelaskan, sudah
tidak tahan lagi dengan perlakuan pihak rumah sakit dan menginginkan pulang
tanpa membayar.
Dia menerangkan, saat
ini pihak keluarga sedang berembuk untuk membawa anaknya pulang, walaupun belum
dioperasi.
“Saya sudah tidak
nyaman, takutnya ada apa-apa nantinya, apa karena kami menggunakan BPJS makanya
diperlakukan seperti ini,” tegasnya. Hingga berita ini diturunkan, pihak RSUDAM
belum bisa dihubungi. (adw)
Editor: Harian Momentum