IPC Panjang, Pelabuhan Pertama Berkelas Dunia di Sumatera

img
Pelabuhan. Foto. Ist.

MOMENTUM, Bandarlampung--Pelabuhan di Indonesia memasuki era baru. Sebagai operator, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) berambisi menjadikan pelabuhan berkelas dunia.

PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC) akan melakukan modernisasi dengan menerapkan teknologi digital. Kebijakan ini sekaligus sebagai wujud komintmen untuk mendukung program pemerintah guna menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. 

Modernisasi jasa kepelabuhanan itu, diterapkan IPC Panjang. Pelabuhan yang berlokasi di Jl Yos Sudarso Bandarlampung ini, telah berkonsep logistic trade fasilitator, yang bernama Lampung Integrated Industrial Port (LIIP). Dengan konsep ini, Pelabuhan Panjang akan terintegrasi dengan jalur transportasi Jalan Tol Trans Sumatera, jalan nasional atau jalan lintas Sumatera (Jalinsum), dan jalur distribusi lainnya.

Menurut General Manager IPC Panjang, Drajat Sulistyo,  Pelabuhan Panjang merupakan pelabuhan yang memiliki  infrastruktur lengkap dan pelabuhan terbesar kedua yang dikelola IPC. Karena itu, IPC Panjang dijadikan sebagai percontohan atau pilot project digital port di Indonesia.

Pada akhir 2018, Pelabuhan Panjang memulai program digitalisasi untuk semua sistem pengelolaan pelabuhan dan mengintegrasikan pelayanan menjadi satu pintu masuk ke Provinsi Lamung.

Peningkatan fasilitas pelabuhan itu ditandai dengan peresmian Gedung Integrated Port Service melalui acara 'Go Live' Non-Peti Kemas Terminal Operating System (NPK TOS).

Hal itu merupakan program berbasis Terminal Basic Transformation and Sustainability Phase untuk standardidasi pelayanan barang, peningkatan kualitas data, serta peningkatan keamanan barang.  

NPK TOS dibangun untuk mendukung kegiatan pelayanan mulai dari kegiatan perencanaan, pengendalian, kegiatan bongkar muat, serta pengawasan.

Adanya Gedung Integrated Port Service dan implementasi NPK TOS menjadi suatu langkah awal IPC Panjang menuju pelabuhan berbasis digital. Ini sejalan dengan Visi IPC yaitu menjadi Operator Pelabuhan Kelas Dunia.

"Untuk menguatkan posisi sebagai pelabuhan internasional, kami segera  membuat jalur khusus ke Jalinsum Soekarno Hatta. Saat ini  beberapa fasilitas masih berada di wilayah umum. Pada awal 2020, proyek berjalan dan dananya sudah ready (siap)," kata Drajat, saat gathering customer di Novotel, Bandarlampung, Rabu (6-11-2019).

Ia menjelaskan, saat ini progres perencanaan sudah mulai jalan. Mengenai  koneksi ke jalan tol, proposal sudah masuk ke Kementerian BUMN dan dapatkan respon yang baik. Untuk memperluas layanan sebagai  trade fasilitator port, pihaknya terus menjalin kerja sama dengan semua pihak terkait.

Di antara kerja sama itu, IPC Panjang telah mengikat komitmen dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII untuk memanfaatkan lahan milik perkebunan negara itu seluas 350 hektare di Lematang yang berada di kawasan jalan tol.

Lahan itu akan dijadikan terminal logistik terpadu. Di terminal ini, manajemen logistik digital modern akan mengatur semua urusan. "Jadi, nanti, para eksportir dan importir tinggal duduk manis. Segala urusan logistik kita yang urus. Dan yang pasti, semua akan lebih murah dan kompetitif," kata Dirut kelahiran Purworejo, Jawa Tengah.

IPC punya ambisi menjadi fasilitator perdagangan berkelas dunia. Setidaknya, ambisi itu mulai terealisasikan pada 2024 mendatang. Dan ini sudah dibuktikan. Sebagai masyarakat Lampung kita patut berbangga, Pelabuhan Panjang telah mencatat rekor sebagai pelabuhan pertama yang melayani Kapal Peti Kemas MV Balthasar Schulte sepanjang 261 meter sejak Senin, 25 Maret 2019.

"Kapal dengan kapasitas 4.250 TEUs ini merupakan kapal peti kemas terpanjang yang pernah sandar di dermaga yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Panjang," katanya.

Dengan rute ini membuktikan bahwa Lampung merupakan salah satu pusat perdagangan internasional dengan dukungan fasilitas pelabuhan yang modern dan sejalan dengan visi IPC yaitu menjadi pelabuhan internasional," ujarnya.

Ia menambahkan, kedatangan kapal sepajang 261 meter di Pelabuhan Panjang ini menunjukan semakin meningkatnya kemajuan infrastruktur pelabuhan di Lampung.

Direktur Utama PT Pelindo II, Elvyn G. Masassya, dalam siaran persnya, beberapa waktu lalu, menyatakan IPC menunjukkan peningkatan kinerja di berbagai lini, baik keuangan maupun operasional. 

Hal itu merupakan hasil dari berbagai upaya IPC meningkatkan kualitas pelayanan dan operasional menuju visi menjadi pengelola pelabuhan berkelas dunia, ujar Elvyn.

Model bisnis IPC diperlukan agar perseroan bisa merubah dirinya sendiri. Awalnya, model bisnis IPC layaknya tuan tanah yang menyewakan lahan dan dikontrak oleh perusahaan bongkar muat. Pendapatan usaha diperoleh dari bisnis itu. 

Seiring perkembangan zaman, IPC kemudian menjadi operator pelabuhan yang mengoperasikan bongkar muat barang. Termasuk, mengatur standardisasi kerja peralatan dan para karyawan. Sejak 2016, perseroan kemudian melakukan perubahan operasional dari manual ke sistem online digital.  

Menurutnya, meningkatan kapasitas layanan pelabuhan menjadi suatu keharusan di era digital saat ini. Indonesia bersaing dengan Vietnam, Thailand, dan Myanmar yang tengah gencar mengembangkan layanan pelabuhan. Disaat perusahaan di negara lain melakukan disrupsi, mau tidak mau IPC harus siap. 

Untuk mewujudkan trade facillitator, IPC akan terintegrasi dengan kawasan industri dan kapal. “Kami menyebutnya trilogi maritim atau integrated port network.  Ini  mengubah pola bisnis dari port to port menjadi dock to dock,” jelas Elvyn.  

Terwujudnya trade facilitator tersebut tidak bisa lepas dari digitalisasi. Di era teknologi seperti sekarang ini, digitalisasi menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari.

Terkait dengan implementasi GCG, Elvyn menjelaskan IPC, sejak awal telah membuat roadmap GCG secara sungguh-sungguh dan terintegrasi di seluruh anak perusahaan.  IPC juga  menyediakan whistle blowing system (WBS) lewat aplikasi. 

“Karyawan  bisa melapor  jika ada hal-hal kurang pas di WBS. Siapa saja boleh dan nanti ada tim yang mengelola bersama pihak eksternal supaya independen,” jelas Elvyn. (nur).






Editor: Harian Momentum





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos