MOMENTUM, Bandarlampung--Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah merupakan industri yang tangguh menghadapi pasang surut industri keuangan.
Demikian Ketua Umum DPP Perbarindo Joko Suyanto saat memberi sambutan dalam Rapat Kerja Nasional dan Seminar Nasional 2019 di Swissbel-hotel Lampung, Senin (25-11-2019).
Dia mengatakan, BPR-BPRS saat ini hidup dalam ekosistem ekonomi yang dinamis, penuh dengan persaingan usaha, regulasi yang dinamis dan hadirnya disrupsi teknologi.
Industri ini tetap bertahan dan melayani masyarakat pedesaan dan pelaku UMKM. Hal ini terlihat dari indikator kinerja BPR-BPRS yang masih tumbuh positif.
Joko memaparkan, hingga Agustus 2019, aset BPR mencapai Rp143 triliun atau tumbuh 9,47 persen dibandingkan posisi tahun lalu. Kredit yang disalurkan kepada pelaku UMKM mencapai Rp106 triliun atau tumbuh 11,44 persen.
Fungsi intermediasi juga dapat dijalankan dengan baik. Hal ini terlihat dari tabungan yang tumbuh 9,98 persen dan deposito tumbuh 11,07 persen dibanding setahun yang lalu.
Selain itu, nasabah yang dilayani mencapai 15,6 juta rekening. Nasabah tersebut didominasi penabung sebanyak 11,5 juta rekening dan rata-rata jumlah tabungannya Rp2 juta. Sedangkan nasabah debitur sebanyak 3,6 juta rekening dan rata-rata pinjaman Rp29 juta.
"Hal itu mencerminkan, industri BPR-BPRS memang hadir untuk melayani masyarakat kecil dan pelaku UMKM di seluruh wilayah Indonesia. Seperti yang terlihat dalam beberapa waktu terakhir, teknologi informasi dan komunikasi, khususnya penetrasi internet dan smartphone telah mengalami perkembangan yang sangat luar biasa," ungkapnya.
Dalam konteks di Indonesia misalnya, kata Joko, laporan dari McKinsey tahun 2018 dan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 2018 menunjukkan bahwa dari 265 juta penduduk Indonesia, 178 juta merupakan pengguna telepon seluler, 171 juta penduduk merupakan pengguna internet dan 130 juta merupakan pengguna media sosial aktif.
"Revolusi digital yang saat ini sedang terjadi telah menyadarkan kita bahwa saat ini kita telah berada pada tahap permulaan dari revolusi industri 4.0 yaitu revolusi yang mentransformasi proses bisnis dengan lebih memanfaatkan teknologi informasi, termasuk artificial intelligence, internet of things, dan digital economy," bebernya.
Revolusi digital tersebut kemudian secara signifikan telah mengubah cara pandang dalam melakukan aktivitas ekonomi di berbagai belahan dunia seperti penggunaan e-commerce yang masif dan telah melahirkan model-model bisnis baru diantaranya berupa layanan peer-to-peer lending dan sharing economy.
Untuk itu, lanjut Joko, BPR-BPRS harus melakukan inovasi dan adaptif terhadap perkembangan teknologi yang ada. Meskipun keunggulan komparatif yang dimiliki oleh Industri BPR-BPRS yang tidak akan pernah tersaingi yaitu fokus melayani UMKM, pendekatan personal, pelayanan mudah dan cepat, BPR sebagai community bank dan keberadaannya menyebar merata di seluruh Indonesia.
"Untuk itu, pilihan BPR - BPRS dalam merespon revolusi digital adalah melakukan strategic partnership dan kolaborasi," tuturnya.
BPR - BPRS yakin sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak strategis merupakan kunci untuk meningkatkan dan memperkuat daya saing dalam menghadapi tantangan perekonomian global.
Untuk itu, dalam momentum Rakernas ini, Perbarindo juga melakukan penandatangan MoU dengan PT Geti (ATT Group Alibaba.com, Authorized Global Channer Patner).
Bentuk kerjasamanya, program mentoring UMKM dalam upaya akselerasi pemasaran E-Commerce dari pasar lokal menuju pasar global. Selain itu, juga bersamaan diluncurkannya aplikasi GCG dan MR BPR yang dinamakan BPRudent Platform.
BPRPrudent adalah Aplikasi yang dapat membantu BPR-BPRS mengimplementasikan tata kelola Perusahaan dan manajemen risiko sesuai dengan ketentuan regulasi yang ada.
Sebelumnya Perbarindo sudah meluncurkan Sistem Informasi Perbarindo, Rumah Lelang Perbarindo dan Jaringan Bersama (sharing bandwith).
Dalam waktu dekat, Perbarindo juga akan merampung aplikasi penunjang operasional BPR – BPRS yaitu Loan Organising System (LOS), Skoring Kredit, Human Capital Management (HCM) dan aplikasi lainnya. Semuanya dilakukan untuk menyediakan rumah besar untuk kemudahan dan menunjang bisnis anggota Perbarindo, katanya. (iwd).
Editor: Harian Momentum