MOMENTUM, Tanjungkarang Barat--Pandemi Corona Virus Disease-2019 (Covid-19) tak hanya berdampak pada kesehatan, tapi juga di sektor pendidikan.
Alasannya, para pelajar yang biasanya belajar di sekolah kini tak bisa lagi karena riskan tertular Virus Corona. Akibatnya, mereka harus belajar secara online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Proses pembelajaran online tentu membutuhkan beberapa fasilitas seperti handphone (HP), kuota, dan pulsa agar dapat berkomunikasi dengan guru. Sehingga, pembelajaran dapat berjalan lancar dan anak tetap dapat pendidikan pada masa pandemi.
Sayangnya, hal itu tidak bisa dirasakan anak Panti Asuhan (PA) Pelita Harapan Bangsa di Jalan Raden Gunawan, Kecamatan Tanjungkarang Barat. Mereka terhambat untuk mengikuti proses pembelajaran online karena hanya memiliki empat HP yang dimanfaatkan bagi 39 anak secara bergantian.
Pengurus Panti Asuhan Amir Hamzah mengatakan proses pembelajaran online ini memang butuh fasilitas HP dan kuota. Alasannya, supaya anak-anak panti dapat belajar tanpa harus saling menunggu.
"Pembelajaran online ini memang buat bingung, karena di panti cuman memiliki empat HP aja dan itu buat anak-anak belajar bergantian secara online dengan guru mereka masing-masing. Sedih liatnya, tapi gimana karena dampak Corona jadi sekolah online gini," ungkapnya kepada harianmomentum.com, Senin (19-10-2020).
Amir menjelaskan Panti Asuhan Pelita Harapan Bangsa sebenarnya memiliki 45 anak. Namun, yang sudah sekolah 43 anak, rinciannya sekolah dasar (SD) 18 anak, sekolah menengah pertama (SMP) 20 anak, sekolah menengah atas (SMA) 1 anak, dan kuliah empat anak.
"Jadi, 39 anak secara bergantian meggunakan empat HP untuk belajarnya. Caranya dua HP untuk 18 putri dan dua lagi untuk 21 putra. Sedangkan mahasiswa itu udah memiliki HP dari beasiswa mereka masing-masing supaya tak ketinggalan, tapi kalau mereka belum punya laptop untuk kerjakan tugasnya, jadi terhambat juga," jelasnya.
Dia mengaku kesulitan saat mengatur pemakaian HP untuk anak-anak yang bertumburan waktu belajarnya di sekolah karena jenjang yang berbeda-beda.
"Pas ada jam belajar anak yang bentrokan itu yang bikin bingung dan kasihan karena harus ada yang kelewat berkomunikasi dengan teman dan guru-gurunya di sekolah," ucapnya.
Dia berharap semoga pemerintah dapat membantu fasilitas pembelajaran online karena memang bikin terhambat. Serta, virus Corona cepat mereda supaya anak-anak tak butuh lagi HP karena bisa masuk seperti biasa lagi.
"Kami kan menampung anak-anak ini membantu pemerintah juga supaya tidak terlantar di jalan, dapatlah membantu sebaliknya di kondisi pandemi seperti ini, khususnya untuk pendidikan anak-anak ini. Sebab, para donatur juga berkurang dan usaha milik panti, yaitu jasa papan bunga pun dah sepi, sehingga cukup untuk makan sehari-hari," katanya.
Salah satu anak panti asuhan Sheren mengaku sedih karena tidak ada gurunya dan teman-teman saat belajar Online. Dia setiap hari belajar mendapat giliran ketiga untuk pakai HP.
"Iya nunggu gantian dengan adik-adik yang lain untuk belajar pake HPnya, supaya dapet tau kalau ada tugas-tugas dari guru. Nanti abi dan umi yang bantu jelasin kalau bingung," ujarnya.(**)
Laporan: Alfanny Pratama
Editor: Agus Setyawan
Editor: Harian Momentum