Harianmomentum.com--Tepat 20 Oktober 2017, pemerintahan Presiden Joko
Widodo genap berjalan tiga tahun.
Berdasarkan hasil survei dari beberapa lembaga menunjukkan lebih dari 60 persen
masyarakat Indonesia puas dengan kinerja pemerintahan. Salah satu keberhasilan
yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah pembangunan infrastruktur.
Namun, Ketua DPP Partai Gerindra Heri Gunawan menilai
bahwa masih banyak janji Nawacita yang harus dipenuhi, misalnya penegakan hukum
serta pemberantasan korupsi. Padahal jalannya pemerintahan efektif tinggal satu
tahun lagi.
"Karena satu tahun berikutnya akan disibukkan
dengan agenda tahun politik, di mana kegaduhan politik akan menggeliat,"
jelas Heri dalam keterangan pers yang diterima redaksi, Sabtu (21/10).
Untuk itu, anak buah Prabowo Subianto ini menghimbau
Presiden Joko Widodo untuk merefleksikan dirinya dalam konteks tiga tahun
memerintah.
"Refleksi ditujukan untuk melihat secara objektif
jauh dari citra dan pencitraan, sejauh mana janji-janji kampanye telah
ditunaikan. Tentang apa yang telah berjalan selama tiga tahun terakhir
pemerintahan ini," imbuhnya.
Menurut Heri, ada banyak hal yang harus direfleksikan
oleh Jokowi. Pertama, misalkan soal stabilitas politik. Stabilitas politik
katanya tidak bisa lepas dari sejauh mana pemerintah menciptakan ekonomi yang
positif dan merata.
Namun saat ini banyak data menunjukkan bahwa gini
ratio mencapai 0,39 persen. Gini ratio adalah tingkat kesenjangan antara orang
kaya dan miskin.
"Ini di tahap lampu kuning. Itu adalah warning
bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang, satu
persen orang menguasai 39 persen pendapatan nasional. Kalau ini tidak segera
dibereskan, maka bisa memicu kecemburuan sosial yang lebih dalam," kata
anggota Komisi XI DPR ini.
Berikutnya, lanjut Heri, terkait pertumbuhan ekonomi
belum mampu menciptakan kesempatan kerja yang lebih besar. Pasalnya, setiap 1
persen pertumbuhan ekonomi bangsa ini hanya mampu mencetak 40 ribu kesempatan
kerja.
"Itu angka yang amat rendah. Padahal, Pasal 27
Ayat 2 UUD 1945 menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak," sesalnya.
Saat ini Indonesia tergolong memiliki populasi orang
muda produktif yang sangat besar karena memang warga negara yang berumur di
bawah 40 tahun sebesar 60 persen. Mereka kata dia adalah warga negara yang
punya energi besar.
"Kalau pemerintah gagal menanganinya dengan baik
diberikan pendidikan yang baik, pekerjaan yang layak maka itu bisa jadi ancaman
besar yang sewaktu-waktu bisa meledak. Energi besar tapi tak mampu ditangani
dengan layak," ujarnya.
Aset terbesar dalam politik adalah manusianya.
Menurutnya, kalau manusianya terdidik, baik, dan mendapatkan pemenuhan
hak-haknya dengan layak, maka otomatis stabilitas politik akan stabil.
Masyarakat lebih bahagia, tenang dan damai.
"Tapi, misalnya, jika pendidikannya terabaikan
sebagaimana data yang ada rata-rata hanya di bawah delapan tahun setara SMP,
maka sudah pasti mereka bisa terjebak pada hal-hal yang tidak produktif,"
imbuhnya. (rmol)
Editor: Harian Momentum