MOMENTUM, Metro--Kepala Dinas Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kota Metro Ardah mengakui realisasi dan pengelolaan retribusi sampah di kota bersloga Bumi Sai Wawai itu masih kurang optimal.
Menurut Ardah, kendala yang menjadi penyebab tidak optimalnya realisasi dan pengelolaan retribusi tersbut karen masih banyak masyarakat tidak berlangganan pelayanan pengangkutan sampah. Selain itu, warga enggan berlangganan karena akses jalan ke rumah mereka tidak bisa dilalui armada pengangkut sampah.
"Potensi kami tidak begitu maksimal mungkin karena masyarakat tidak mau berlangganan karena mobil kami tidak sampai di depan rumah mereka. Tumahnya di dalam gang," ungkap Ardah, Selasa (3-10-2023).
Meski demikian, pihaknya terus berupaya untuk memaksimalkan retribusi pengelolaan sampah di Kota Metro, guna meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).
"Ya mungkin kalau dikatakan kurang maksimal silakan saja menurut pandangan masing-masing, tetapi kami sudah berupaya bagaimana cara meningkatkan PAD terutama terhadap retribusi sampah. Kami selalu berupaya terus sampai dengan semaksimal mungkin," tegasnya.
Terkait dengan capaian target retribusi pengelolaan sampah di tahun 2023, pihaknya mengaku saat ini belum tercapai.
"Sampai sekarang memang kalau dilihat dari target kami, belum tercapai karena memang akan terlihat bilamana sudah akhir tahun. Untuk update terakhir bulan Agustus sudah mencapai 60 persen," ungkapnya.
Tahun 2023, Pemkot Metro menargetka PAD Rp2,1 miliar dari sektor retribusi sampah. "Saat ini jumlah keseluruhan pelanggan mencapai lebih kurang 4.100 pelanggan," imbuhnya.
Tarif retribusi sampah di Kota Metro berbeda-beda. "Untuk tarif retribusi sampah rumah tangga 10 ribu rupiah per bulan. Sedangkan untuk ruko tidak sama, tergantung besar kecilnya ruko tersebut, ada yang 50 ribu rupiah per bulan, dan ada yang 100 ribu rupiah per bulan. Tetapi semua tetap sesuai dengan Perda yang ada," paparnya.
Sebelumnya diberitakan, anggota DPRD Kota Metro menyebut retribusi pengelolaan sampah di Bumi Sai Wawai belum optimal. Masih banyak potensi-potensi yang belum digali.(**)
Editor: Munizar