Pandai Bersyukur

img
Andi S. Panjaitan, Pemred Harian Momentum

MOMENTUM-- Manusia itu makhluk paling serakah. Tidak pernah ada puasnya. Apalagi jika berkaitan dengan harta. 

Meski gunung diubah menjadi emas, hatinya tidak akan pernah puas. Selalu merasa kurang. Ingin lebih lagi, lagi dan lagi.

Sudah punya rumah tapi merasa kurang besar. Giliran sudah besar, halamannya terasa masih sempit. Setelah punya halaman luas, terasa kurang tinggi. Begitu rumahnya tinggi bertingkat, tapi masih kalah dengan milik tetangga. Begitu seterusnya.

Saat berstatus lajang, selalu mengeluh ingin menikah. Giliran sudah berkeluarga mengeluh karena belum punya anak. Setelah punya anak mengeluh lagi betapa beratnya biaya hidup.

Saat hidup di desa kita merindukan suasana kota. Namun saat berada di kota, kita justru ingin menyatu dengan alam dan kembali ke desa. Buktinya banyak orang kaya sengaja membangun vila di tempat terpencil. 

Ketika musim kemarau kita selalu bertanya kapan hujan? Tapi, saat musim hujan justru mengeluh lagi, kapan kemarau. Kok hujan terus?

Saat diam di rumah ingin pergi ke luar. Begitu sampai di luar malah ingin kembali ke rumah. Ketika sunyi kita ingin mencari keramaian. Giliran ramai kita membutuhkan ketenangan. 

Ternyata, sesuatu itu terlihat indah karena belum memiliki. Setelah ada, justru ingin lebih lagi. 

Kapan kita akan mendapat kebahagiaan jika selalu memikirkan yang belum ada. Tapi terkadang lupa dengan yang sudah dimiliki. Kenapa? Karena tidak pernah bersyukur atas karunia yang sudah diberikan Sang Pencipta.

Jadilah pribadi yang pandai bersyukur. Ingat, perjalanan menuju kubur tidak pernah libur! 

Tabikpun. (*)






Editor: Harian Momentum





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos