Pasang Surut

img
Andi S. Panjaitan, Pemred Harian Momentum.

MOMENTUM-- Tarik ulur dalam hubungan itu biasa. Entah itu pertemanan, percintaan, keluarga atau bahkan persaudaraan.

Dalam pertemanan misalnya. Sosok baru bisa saja lebih akrab dibanding orang yang lebih dulu dikenal. Hal itu lumrah terjadi. Tergantung situasi dan kondisi. 

Hubungan asmara pun sama. Orang baru terkadang justru yang menjadi pasangan hidup. Sedangkan orang lama, hanya jadi kenangan. Kondisi serupa juga berlaku dalam hubungan lain.

Dalam keluarga, terkadang kita kesal dengan anak. Tapi besoknya, anak itu lah yang justru membuat kita bangga.

Disaat tertentu, kita kesal dengan istri. Tapi tak jarang pula kita bahagia karena dia.

Dengan saudara juga demikian. Ketika kita butuh pertolongan, terkadang saudara jauh lah yang memberi bantuan. Sedangkan saudara dekat justru diam. 

Tapi, bukan berarti dia tidak ingin membantu. Bisa jadi, disaat yang bersamaan kondisinya justru lebih memprihatinkan. Tanpa pernah dia ucapkan.

“Dalamnya lautan bisa diukur, dalamnya hati siapa tahu". Peribahasa itu bermakna: sangat sulit menebak isi hati seseorang.

Artinya, ketika ada ganjalan di hati terhadap seseorang, tanyakan langsung kepada yang bersangkutan. Jangan pernah berandai- andai. Jangan pula berburuk sangka.

Sebab, komunikasi menjadi sarana penting dalam merajut hubungan. Apa pun itu. Karena hubungan tentu ada pasang surutnya. Ibarat air laut. Ketika pasang, tentu permukaan air akan naik. Sebaliknya, permukaan air akan menurun disaat surut.

Tapi, satu hal yang perlu diingat. Bagaimana pun keadaannya, air laut tetap asin. Rasanya tidak akan pernah berubah sejak awal tercipta hingga akhir zaman.

Tabikpun. (*)






Editor: Agus Setyawan





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos