Kinerja Membaik, Petani Mengantre Jadi Mitra PG Bungamayang

img
Arsyad (tengah) petani tebu mitra PT SGN menunjukkan tanaman tebu miliknya kepada Manajer Tanaman TR Febri Prasetiawan (kiri), didampingi Asisten Tanaman TR Andes. Foto. Ist.

MOMENTUM, Bungamayang—Dalam dua bulan terakhir, cerobong asap Pabrik Gula  (PG) Bungamayang, Lampung Utara itu begitu menarik bagi Imam Suwito. Ketua Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) PG Bungamayang itu hampir dua kali sehari menuju salah satu lokasi yang cukup terang untuk melihat kepulan asap dari pabrik milik PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) itu. Sehari saja terlewat, rasa kangennya menimbulkan banyak tanda tanya dalam pikiran.

“Hampir setiap hari saya pantau asap dari cerobong pabrik (PG Bungamayang). Kalau kelihatan asap mengepul, saya tenang,” kata warga Isorejo, Kecamatan Bungamayang, Lampung Utara ini.

Pantauan Imam Suwito itu bukan tanpa alasan. Saat ini, ada lebih dua ribu hektare tanaman tebu milik rakyat yang sedang dalam proses giling di pabrik yang dulunya milik PTPN VII itu. Tebu rakyat (TR) yang berada di beberapa desa dan kecamatan di seputaran pabrik itu di bawah kordinasi koperasi yang dia pimpin.

Kepastian kelancaran proses giling tebu di pabrik yang berada di Kampung Negara Tulangbawang itu adalah pertaruhan bagi Imam Suwito dan seluruh pengurus koperasi. Sebab, mereka mengemban amanat yang menyangkut nasib ribuan jiwa yang menggantungkan hajat hidup dan ekonominya dari ruas-ruas tebu yang ditanam, dipelihara, dipupuk, dan disayang sedemikian rupa.

Musim giling pabrik gula yang hanya berlangsung sekali dalam setahun memang menjadi tumpuan hidup. Asap yang mengepul dari cerobong pabrik dan deru mesin yang meraung adalah kabar baik. Sedangkan langit tanpa kebul dan mesin yang membisu selalu menyimpan kerisauan warga yang telah teken kontrak dengan perusahaan.

Namun, asap yang selelu dipantau itu tahun ini selalu membumbung ke langit dan membawa kabar baik. Performa pabrik berkapasitas 6.000 ton tebu per hari (TCD, ton cane per day) itu tak pernah berhenti menyalak sejak mulai buka giling pada 16 Juni 2024 lalu.

Kinerja pabrik yang lancar ini dikatakan Raji Rahmadi, General Manager PG Bungamayang. Ia mengatakan, pada musim giling tahun 2024, performa pabrik gula yang dia pimpin menunjukkan perbaikan signifikan dibanding tahun sebelumnya.

“Alhamdulillah sejak buka giling pada Juni 2024 lalu, kinerja pabrik kami lancar dan relatif tidak ada kendala berarti. Ini adalah hasil kerja kita bersama yang harus ditingkatkan dan disyukuri. Sebab, salah satu kunci utama sukses giling adalah kelancaran proses giling,” kata Raji Rahmadi.

Kabar baik itu bukan hanya melegakan internal PT SGN sebagai pengelola pabrik maupun PT Buma Cima Nusantara (BCN) sebagai penyedia bahan baku tebu. Ribuan petani tebu di sekitar pabrik juga turut gembira. Imam Suwito adalah salah satunya dan mungkin yang paling ceria ketika pabrik lancar.

Manajer Tanaman Tebu Rakyat PT Sinergi Gula Nusantara Febri Prastiawan mengaku sangat percaya diri blusukan ke kampung-kampung kantong petani tebu. Modal bukti asap yang mengepul dari cerobong dia jadikan jaminan bahwa prospek masa depan perusahaan bersama petani akan cerah. Tak heran jika saat bertamu ke rumah-rumah petani mitra maupun calon mitra, ia selalu disambut senyum ramah, bahkan teh-kopi dan cemilan hadir di meja sebagai pemanis rasa.

“Kalau pabrik lancar, saya dan teman-teman di kompartemen tanaman TR (tebu rakyat) bisa bekerja dengan gembira. Kami keliling ke kampung-kampung mengunjungi petani TR dengan percaya diri, bahkan pada ngampirke (menyapa mengajak mampir). Lah, kalau pas pabrik macet, lewat saja nggak berani kami,” kata dia dengan sumringah.

Selain modal lancar, Febri mengaku pada tahun ini perusahaan juga memberi berbagai insentif kepada petani yang bermitra dengan PG Bungamayang. Antara lain, pelayanan terbaik dengan prinsip transparansi yang ketat, pelayanan pinjaman biaya tebang, muat, angkut (TMA) tebu saat panen tanpa bunga, dan sistem pembayaran yang lancar.

“Sekarang petani mitra akan mendapatkan banyak kemudahan dan layanan terbaik dari kami. Kalau selama ini mereka harus mengeluarkan uang untuk biaya TMA, sekarang kami pinjami tanpa bunga yang bekerja sama dengan KPTR dan ATRI. Untuk mitra baru, kami juga sedang upayakan pembiayaan dari perbankan dengan PT SGN sebagai avalis,” kata alumnus Agronomi UNS ini.

Tentang kegembiraan dan antusiasme petani tebu di sekitar PG Bungamayang, Imam Suwito sebagai Ketua Koperasi Tebu Rakyat membenarkan. Saat ini, kata dia, banyak petani yang semula sempat beralih komoditas dari tebu ke singkong maupun ke lainnya, berbondong-bondong ingin menanam tebu lagi.

“Sejak tahu pabrik lancar giling dan mendengar petani yang bertahan tanam tebu cairan (sebutan lokal untuk bagi hasil) banyak, para petani menghubungi saya pengin gabung lagi. Sudah ada 70 orang yang daftar ke saya dengan lahan lebih dari 100 hektare. Bahkan, ada yang mau membongkar tanaman kelapa sawitnya dana kembali ke tebu,” kata dia.

Salah satu petani TR yang saat ini sedang bertabur senyum adalah Arsyad. Lelaki 63 tahun yang akrab disapa Minak Arsyad itu memiliki lahan tebu lebih dari 25 hektare berbagai umur siklus. Ditemui di rumahnya yang cukup megah di Kampung Isorejo, ia mengaku sudah jatuh bangun bertani tebu dan bermitra dengan PG Bungamayang.

Dengan mobil Toyota Fortunernya, Minak Arsyad mengajak meninjau kebun yang dikelola secara mekanis persis sama dengan pengelolaan yang dilakukan PT SGN. Dia mengaku, tahun ini sangat beruntung karena hasil panen yang cukup baik, proses giling lancar, dan rendemen masih cukup lumayan.

“Terus terang, tahun kemarin kami kurang maksimal hasil panennya. Kalau boleh menyebut penyebabnya, ya karena pabrik tidak lancar. Akhirnya, panen tersendat, giling tertunda, tebu tua di kebun, dan penurunan kualitas. Tapi, alhamdulillah tahun ini sangat lancar. Terima kasih PT SGN,” kata dia.

Ditanya nominal hasil panen tahun ini, baik Arsyad maupun Imam Suwito terlihat berat menyebutkan. Namun, secara rata-rata pemilik lahan tebu satu hektare diperkirakan akan mendapat hasil bersih alias setelah semua potongan, tidak kurang dari Rp30 juta.

“Kalau dihitung rata-rata paling minim per hektare itu nggak kurang dari Rp30 juta. Itu sudah bersih. Bahkan kalau yang bagus seperti punya Minak Haji (sapaan Imam kepada Arsyad) ini Rp50 juta masuk per hektare,” kata Imam.

Ketertarikan petani untuk menanam tebu bermitra dengan PT SGN yang sangat tinggi dinilai sangat prospektif untuk perkembangan ke depan. Andes, Asisten Tanaman Tebu Rakyat PT SGN mengatakan, manajemen sudah mengantisipasi dan membentuk tim khusus untuk menyiapkan asisten dan mandor Tebu Rakyat yang setiap saat akan berada di tengah masyarakat memberi panduan teknis sampai detail. Ia menjamin, bertani tebu dan bermitra dengan PT SGN akan sangat menguntungkan dan relatif ringan dari sisi pekerjaan.

“Menanam tebu itu kan secara kultur teknisnya tidak sulit. Bahkan, perawatannya juga relatif ringan. Dan dari sisi investasi, tanam tebu itu relatif murah karena sekali tanam bisa kita panen sampai 10 kali. Investasi besarnya pada awal saja. Sedangkan kedua sampai 10 tahun ke depan bisa panen setiap tahun dari tunas barunya atau biasa disebut ratun,” kata pria subur ini.

Dengan kinerja dan manajemen PT SGN yang memberi perhatian khusus kepada Tebu Rakyat, diyakini masa depan perusahaan dan kesejahteraan masyarakat sekitar akan bangkit. Hal ini akan memuluskan program pemerintah yang memasang target tahun 2028 Indonesia akan swasembada gula konsumsi. (*)






Editor: Muhammad Furqon





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos