MOMENTUM, Metro--"Ku berlayar di lautan tidak bertepian..
Sesekali di sadarkan ombak yang mendatang..
Aku seperti hilang puncak arah dan tujuan.."
Potongan lirik lagu dari penyanyi asal Negeri Jiran diatas mungkin menggambarkan sebuah cerita tentang seorang Nahkoda yang berlayar di lautan lepas tanpa awak kapal dan penumpang. Sendiri menahkodai perahu kosong dan bingung kemana arah tujuan perahu akan berlabuh.
Pontang-panting mengendalikan stir perahu saat dihajar ombak, memanjat tiang layar kalau layar tersangkut tali, menurunkan jangkar saat kapal terancam karam, sampai menambal dinding perahu sendirian ketika perahu bocor di hantam karang. Bayangkan jika seorang nahkoda sendirian mengerjakan itu semua, tentu sangat berat dan sulit.
Malahan, Bisa-bisa sang nahkoda terpelanting di dek perahu saat hujan badai menerjang perahu layar. Nah... Kalau sudah begitu bisa berabe perahu kosongnya.
Beda cerita jika sang Nahkoda berlayar di temani awak kapal dan penumpang. Tentu segala rintangan di atas laut bisa saja mudah di atasi. Apalagi jika sang Nahkoda "loyal" kepada awak kapal dan penumpangnya.
Sebab, sang Nahkoda yang sama saja seperti mandor di perahu itu gampang saja memberi intruksi kepada awak kapal jika perjalanan berlayar mengalami rintangan.
Tapi tidak semudah itu juga intruksi yang diberikan bisa langsung dikerjakan awak kapalnya, karena tidak semua awak kapal bakal nurut dengan Nahkodanya.
Bisa saja, sebagian awak kapal jengkel dengan Nahkodanya karena kerap di marahi. Atau, bisa juga karena awak kapalnya lagi lapar tapi tetap disuruh kerja. Atau lagi, bisa saja karena sang Nahkodanya banyak mau. Bisa aja dong...
Nah, cerita Sang Nahkoda di atas mungkin kondisinya hampir sama dengan suasana politik di tanah Bumi Sai Wawai Kota Metro.
Sang Petahana Wahdi-Qomaru (WaRu) kembali mengabdikan diri sebagai pasangan Walikota dan Wakil Walikota Metro periode 2025-2030 di Pilkada November 2024 besok.
Enggak tanggung-tanggung. Berawal dari jalur independen, pasangan WaRu kembali ikut Pilkada Kota Metro dengan rekomendasi dukungan sebelas partai. Luar biasa...
Sementara lawannya, pasangan Bambang Iman Santoso dan M. Rafieq Adi Pradana, merupakan wajah baru di dunia perpolitikan Pilkada dan hanya mendapat rekomendasi dukungan satu partai.
Kawan sejawat saya pernah membahas ini. Begini singkatnya "Dari pengalaman yang sudah-sudah. Petahana tetap di atas angin kalau lawan politiknya pendatang baru," kata kawan sejawat itu.
Penasaran dengan kutipan dia. Saya bertanya "Kenapa begitu,".
"Gambaran sekarang ini. Petahana menang hampir di segala lini. Sementara pendatang baru ini, baru meraba-raba. Ibaratnya gini, kalau di ring UFC, Petahana ini sudah meraih sabuk berapa kali. Sementara si pendatang baru ini, baru mau naik ring sekali ini. Gambarannya sudah kelihatan. Tapi beda cerita kalau si petahana hanya mendapat rekomendasi partai saja. Sedangkan dukungan kader-kader partainya terpecah-belah," katanya lagi.
"Karena ada isu mata angin, si petahana ini melobi masing-masing partai langsung ke pengurus provinsi dan pusat untuk mendapat rekomendasi dan dukungan. Sementara di daerah..!!!!!!! Harus dilobi juga dong, tidak bisa di lewati begitu saja. Karena daerah yang menentukan benar-benar mendukung atau lari dari intruksi partai," ucapnya.
"Ini dunia politik. Sudah banyak terjadi spekulasi-spekulasi yang lari dari komitmen. Kalau sampai terjadi di dunia politik pilkada Kota Metro, siapa yang di untungkan hayooo..!!!!!!," canda kawan sejawat itu.
Kebetulan saya orang yang tidak mau ambil pusing. Apalagi soal politik. Jadi saya tutup begitu saja percakapan kosong itu.(**)
Editor: Agus Setyawan