MOMENTUM, Bandarlampung--Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung merehabilitasi 60 jaringan irigasi guna mendukung ketahanan pangan.
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Lampung, Budhi Darmawan mengatakan, rehabilitasi itu untuk memastikan ketersediaan air bagi lahan pertanian dapat terdistribusi.
"Tahun ini ada 60 jaringan irigasi yang direhabilitasi. Ini untuk mendukung ketahanan pangan dengan ketersediaan air yang memadai," kata Budhi saat diwawancarai, Selasa (10-12-2024).
Dia menyampaikan, rehabilitasi jaringan irigasi itu menjadi salah satu upaya untuk meminimalkan kendala dalam pengairan dan menjaga produktivitas pertanian.
"Adanya perbaikan irigasi dan penerapan pola tanam yang terencana, diharapkan ketahanan pangan di Lampung tetap terjaga. Sekaligus untuk mendukung kesejahteraan para petani," jelasnya.
Menurut dia, untuk memastikan ketersediaan air bagi seluruh petani, telah diatur melalui SK Gubernur Lampung terkait pola tanam.
Dia menjelaskan, dengan pola tersebut, setiap daerah irigasi menerapkan sistem penggiliran distribusi air. Sehingga mengharuskan para petani mematuhi jadwal yang telah ditetapkan.
"Jika petani yang berada di bagian hulu tertib mengikuti giliran, maka yang di hilir dapat menerima air sesuai jadwal," jelasnya.
Dia memastikan, dengan sistem tersebut, distribusi air dapat lancar. Terutama saat musim kemarau tiba.
Dia mengatakan, pola tanam yang telah disepakati bersama itu perlu dijalankan secara disiplin. Sehingga tidak mengganggu jadwal distribusi air di wilayah lain.
Sementara, Kabid Tanaman Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Holtikultura Lampung Ida Rachmawati mengatakan, beberapa wilayah di Lampung masih menghadapi masalah ketersediaan air.
"Selama ini masih ada beberapa lokasi yang memang belum mendapatkan air karena debitnya kurang," jelasnya.
Dia mencontohkan, di Tulangbawang Barat ada sekitar 3 ribu hektare yang tidak mendapatkan air. Khususnya saat musim gadu atay musim tanam padi kedua yang berlangsung pada bulan April hingga Juli.
Dia mengungkapkan, keterbatasan debit air dari Bendungan Batutegi Tanggamus juga menjadi kendala utama.
"Akibatnya, petani yang seharusnya mulai tanam pada bulan Oktober, terpaksa menunda hingga Desember atau Januari," tuturnya. (**)
Editor: Agung Darma Wijaya