MOMENTUM, Bengkulu Utara -- Memanfaatkan agenda Safari Ramadan di Unit Kerja Wilayah Bengkulu, Region Head PTPN I Regional 7 Tuhu Bangun meninjau Kebun Ketahun yang berada di Kabupaten Bengkulu Utara, Senin 10 Maret 2025.
Di Unit Kerja paling jauh dari Kantor Regional 7 Bandarlampung itu, selain membahas teknis komoditas karet dan memotivasi kinerja, ia juga memberi “kuliah” singkat kepada manajer, Askep, Asisten Afdeling, dan beberapa mandor. Di pondok tempat para penyadap Afdeling 3 berkumpul, Tuhu Bangun menegaskan kembali pentingnya kepemimpinan yang tepat dengan karakter orang-orang yang dipimpin.
Pada inspeksi itu, Tuhu Bangun didampingi Kabag. SDM. Ronal Sudrajat dan beberapa staf. Manajer Kebun Ketahun Adi Setya Kristiawan menyambut didampingi Askep Tanaman Sofyan, Asisten Afdeling 1 Subroto, Asisten Afdeling 2 Radiman, Asisten Afdeling 3 Agung Nugraha, Asisten Afdeling 4 Sukarno, dan beberapa mandor sadap.
Setelah berdiskusi dan menganalisis data dari para asisten tentang progres produksi, produktivitas, dan berbagai isu maupun kendala di lapangan, Tuhu Bangun menemukan beberapa simpul sebagai materi bahan “kuliah”.
Salah tema yang diangkat adalah tentang temuan disparitas produksi dari data beberapa kemandoran yang terlihat jomplang. Dia menelisik produksi dari satu kemandoran dengan kemandoran yang lain terdapat perbedaan yang signifikan, padahal dengan areal, varietas, tahun tanam, dan lokasi yang relatif sama.
“Dari data ini, kita melihat ada disparitas produksi yang sangat mencolok. Ada yang tertinggi produktivitasnya 21 kilo gram per HK (hari kerja), tetapi ada yang hanya Sembilan.
Ketika mendapati hal seperti ini, seharusnya feeling (perasaan) kita main. Saya yakin, Pak Manajer dan Askep juga punya pertanyaan di dalam hati, kok bisa begitu. Sebagai pimpinan, kita harus mengoperasionalkan feeling itu menjadi gerak nyata,” kata dia.
Beberapa metode mengoperasionalkan feeling disampaikan Tuhu Bangun. Menjelaskan itu, ia sempat mengisahkan pengalaman pribadinya saat menjabat sebagai General Manager di PTPN IV membawahi belasan Kebun dan beberapa pabrik di Sumatera Utara. Ia mengatakan, setiap kali membaca data dari lapangan yang disampaikan para stafnya, tidak langsung mempercayai.
“Bukan tidak percaya kepada staf, tetapi saya gunakan feeling yang kuat yang mendukung sikap skeptis atau tidak langsung mengiyakan apa yang dia katakan. Maka, berbagai cara saya lakukan, bahkan saya sering menyamar dengan memancing di sungai dekat kebun. Pada saat itu saya ketahui ada beberapa perilaku penyimpangan di lapangan,” kata dia.
Mendapat data tertulis, dilengkapi dengan temuan di lapangan yang akurat, dan analisis berdasarkan keilmuan yang dimiliki, kata Tuhu Bangung, ia gunakan untuk bahan modifikasi kebijakan. Dia mengakui, ketika beberapa kebijakan baru yang dia terapkan kadang mengganggu ritme kerja yang semula berjalan seperti biasa, lalu ada dinamika.
“Perubahan itu perlu, bahkan harus untuk menemukan formula terbaik dalam memimpin. Saya gunakan itu saat menjadi GM dulu. Saat itu, semua kebun dan pabrik yang semula tidak pernah mencapai target, dalam delapan bulan tumbuh semua di atas 100 persen RKAP. Delapan bulan saya jadi GM, langsung diangkat jadi Direktur. Ini bukan saya sombong, tetapi sebagai catatan bagaimana seorang pemimpin itu, meskipun di lini yang paling bawah, harus progresif menemukan dan memecahkan masalah,” kata dia.
Tentang kinerja Kebun Ketahun yang relative belum progresif, Tuhu Bangun menyampaikan beberapa pesan teknis. Kepada pekerja yang berkinerja di bawah target atau terlalu jauh produktivitasnya dibanding yang lain, kata dia, sebaiknya dibina dengan pendekatan yang tepat.
Sebab, tidak semua hasil teknis pekerjaan terjadi karena kondisi fisik di lapangan. Boleh jadi, kata dia, ada masalah lain yang menyangkut psikis atau motivasi yang terdegradasi oleh suatu keadaan.
Pesan teknis kedua, berdasarkan beberapa kasus di beberapa kebun lain, Tuhu Bangun mengingatkan agar penggalian produksi diawasi secara ketat. Aspek-aspek yang harus diawasi antara lain ketuntasan sadap pada setiap pohon, kehilangan produksi akibat kecerobohan, dan kehilangan produksi karena kriminal alias pencurian.
“Tiga faktor losses (kehilangan produksi) itu sangat mendasar. Pastikan semua pohon pada hancak tersadap semua atau minimal 90 persen. Pastikan penyadapan dan pengutipan getah tidak ceroboh sehingga tumpah atau tak terkutip. Pastikan tidak ada yang dicuri oleh maling, apalagi oleh karyawan sendiri. Caranya, bapak-bapak jauh lebih tahu lapangan,” kata dia.
Kepada seluruh manajemen Kebun Ketahun, Tuhu Bangun memberi target untuk bisa memproduksi karet kering minimal 1.700 kg per hektare. Produktivitas setiap pekerja juga minimal 21 kilo gram per hari kerja. Beberapa faktor pendukung untuk mencapai angka-angka itu, kata dia, cukup tersedia di lapangan.
Menanggapi tantangan itu, Manajer Kebun Ketahun Adi Setya Kristiawan menyatakan akan berupaya maksimal untuk mewujudkan. Beberapa arahan kerangka berpikir dan arahan teknis, menurut Manajer yang baru sebulan bertugas di Ketahun ini, akan segera diterapkan.
“Terima kasih kunjungannya Pak RH (Region Head). Dengan semua potensi dan arahan, baik teknis maupun lainnya akan kami laksanakan dengan berbagai upaya. Mudah-mudahan bisa tercapai dengan dukungan alam yang kondusif dan kinerja kawan-kawan yang semakin baik,” kata dia.
Pada kunjungan sekilas itu, kepala Bagian SDM PTPN I Regional 7 Ronal Sudrajat juga menyampaikan beberapa informasi tentang penggunaan aplikasi e-farming di seluruh jajaran. Ia mengingatkan kepada seluruh karyawan untuk terus membiasakan diri menggunakan teknologi dari aplikasi yang dipakai dari Kantor Pusat PTPN I agar semua kebutuhan administrasi bisa berjalan dengan baik dan lancer.
“Kita diberi waktu pembiasaan penggunaan e-farming ini sampai Juni 2025. Setelah itu, kita semua akan gunakan secara penuh,” kata Ronal. (*)
Editor: Muhammad Furqon