MOMENTUM, Bandarlampung--Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Lampung menemukan banyaknya ketimpangan nilai rapor siswa dan kemampuan akademik di 35 SMA unggulan.
Dari hasil tes kemampuan akademik (TKA), terdapat 89,64 persen peserta Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) melalui jalur prestasi yang mendapat nilai di bawah 50.
Hal itu disampaikan Kepala Disdikbud Lampung Thomas Amirico saat diwawancarai, Senin (16-6-2025).
Thomas mengatakan, Disdikbud telah melaksanakan SPMB melalui jalur prestasi dan hasil tes kemampuan akademiki (TKA) telah diumumkan pada 14 Juni lalu.
"Yang mengejutkan, dari 3.863 siswa, yang meraih nilai di bawah 50 mencapai 89,64 persen. Sedangkan yang mendapat nilai di atas 50 hanya 10,36 persen (400 siswa)," kata Thomas.
Dia merinci, siswa yang mendapat nilai 81 hingga 90 hanya 3 orang atau 0,08 persen, 25 orang atau 0,65 persen meraih nilai 71 sampai 80.
"Kemudian, 73 orang atau 1,89 persen mendapat nilai 61 hingga 70, 299 orang atau 7,74 persen meraih nilai 51 sampai 60," rincinya.
Sementara untuk yang mendapat nilai di bawah 50 persen mencapai 3.463 orang.
Rinciannya: 869 orang mendapat nilai 41 hingga 50, 1.450 orang meraih nilai 31 sampai 40.
Selanjutnya, 1.017 siswa dengan nilai 11 hingga 20, tiga orang mendapat nilai 1 hingga 10. Bahkan ada juga yang mendapat nilai 0 yaitu 12 orang.
Menurut dia, hasil tes kemampuan akademik itu tidak sesuai dengan nilai yang tercantum di rapor siswa.
"Banyak siswa yang memiliki nilai rapor sangat tinggi bahkan mencapai 95, 96, dan 94. Tapi saat tes akademik, justru hanya memperoleh nilai 10, 20 bahkan 0," keluhnya.
Dia pun merasa prihatin dengan ketimpangan nilai tes akademik dan raport siswa.
Karena itu, dia mengingatkan, agar guru-guru di SMP tidak mudah memberikan nilai tinggi kepada siswanya.
"Ini menjadi keprihatinan kita semua. Jangan sampai sistem penilaian di SMP terlalu murah dalam memberikan nilai. Apalagi jika karena kedekatan emosional, hubungan personal," tuturnya.
Dia pun mendorong agar dilakukan evaluasi terhadap pola pendidikan siswa di tingkat SMP.
Sehingga, diharapkan sekolah-sekolah bisa lebih objektif dalam memberikan nilai kepada siswanya.
"Kedepannya perlu dilakukan pembenahan dan melakukan penilaian secara profesional," sebutnya. (**)
Editor: Agung Darma Wijaya