MOMENTUM, Bandarlampung -- Jumlah penderita HIV di Kota Bandarlampung mencapai hampir 4.300 kasus sejak 2003 hingga 2025. Namun angka itu diperkirakan hanya menggambarkan “puncak gunung es”, karena banyak kasus yang belum terdeteksi akibat kuatnya stigma sosial di masyarakat.
Situasi tersebut disampaikan dalam kegiatan Press Conference Local Media for Ensuring Implementation Social Contracting Program yang digelar SSR PKBI Sumatera Barat bersama sejumlah pemangku kepentingan, Rabu (13-11-2025).
Kabid P2PM Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung, dr. Liskha Sari Sandiaty, menyebut HIV masih menjadi ancaman serius yang memerlukan perhatian seluruh pihak.
“Angka ini kemungkinan jauh lebih besar. Banyak warga enggan memeriksakan diri karena takut dicap negatif, padahal deteksi dini sangat menentukan keberhasilan pengobatan,” ujarnya.
Ia menegaskan, HIV bukan hanya persoalan medis, tetapi juga masalah sosial yang harus diselesaikan bersama. Tanpa penanganan tepat, HIV dapat berkembang menjadi AIDS dan meningkatkan risiko penularan.
Saat ini, 31 puskesmas di Bandarlampung telah ditetapkan sebagai Pusat Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV untuk memperkuat layanan. Namun, Liskha menyebut penularan masih banyak ditemukan di ruang publik, termasuk lingkungan pendidikan.
“Kami kesulitan menjangkau ODHIV karena masih banyak yang menutup diri. Mereka butuh pendampingan, bukan penghakiman,” tegasnya.
Dari sisi program, pemerintah menerapkan mekanisme Swakelola Tipe III bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil seperti PKBI. Namun keterbatasan anggaran masih menjadi tantangan.
“Kami berharap program penanggulangan HIV bisa masuk RAPBD tahun depan agar pendampingan terus berjalan,” katanya.
Dalam forum itu, sejumlah instansi seperti Kesbangpol, Kemenkumham, dan komunitas Duta Wisata Lampung menyatakan siap memperkuat edukasi publik dan kampanye kesadaran HIV.
Perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Aji, menambahkan bahwa perhatian publik dan media terhadap isu HIV cenderung menurun, padahal ancamannya masih tinggi.
“Media berperan penting agar isu HIV terus menjadi perhatian. Program ini tidak boleh berhenti di tengah jalan,” ujarnya.
Melalui kegiatan tersebut, seluruh pemangku kepentingan sepakat memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk memastikan penanggulangan HIV/AIDS di Bandarlampung berjalan berkelanjutan. (**)
Editor: Muhammad Furqon
