Harianmomentum--Lahan
pekarangan memiliki potensi besar dalam mewujudkan ketahanan pangan berbasis
keluarga. Hanya saja, pemanfaatannya belum dilakukan secara maksimal.
Mayoritas masyarakat masih memanfaatkan lahan pekarangan
seadanya saja, padahal jika dioptimalkan dapat ditanami beragam jenis tanaman
yang bisa memenuhi ketersediaan pangan bagi keluarga.
Berangkat dari hal tersebut, Kementerian Pertanian
bersama Tim Penggerak Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) meluncurkan Gerakan
Peran Serta Masyarakat dalam Pemanfaatan Pekarangan untuk Ketahanan Pangan
Keluarga Indonesia.
Program ini diimplementasikan secara serentak di 10
provinsi meliputi Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi,
Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.
Dipilihnya PKK sebagai mitra seperti dikutip RMOL.co, Selasa, karena
memiliki jaringan terstruktur mulai dari tingkat pusat sampai Dasa Wisma,
sehingga dapat mendukung pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara
masif.
Melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan khususnya
penanaman cabai, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi
gejolak harga pangan.
Selain itu, dengan pemberdayaan PKK untuk melakukan
budidaya cabai dan sumber pangan lain pada pekarangan rumah diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan yang
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, sehingga mampu mewujudkan
kemandirian pangan di tingkat rumah tangga .
Tujuan dari kegiatan ini adalah memasyarakatkan optimalisasi lahan pekarangan,
baik di pedesaan maupun di perkotaan dengan memproduksi kebutuhan pangan oleh
keluarga dan masyarakat.
Selain itu, kegiatan juga diharapkan dapat mengatasi
gejolak harga pangan khususnya tanaman cabai yaitu dengan gerakan menanam cabai
di masing-masing pekarangan rumah.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam telekonferensi langsung dengan Tim
Penggerak PKK dari 10 provinsi menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan optimalisasi
pemanfaatan lahan pekarangan melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture).
Antara lain dengan membangun kebun bibit desa dan
mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal,
sehingga ketahanan pangan dan kelestarian alam terjaga.
KRPL merupakan sebuah konsep lingkungan perumahan
penduduk yang secara bersama-sama mengusahakan pekarangannya secara intensif
untuk dimanfaatkan sebagai sumber pangan secara berkelanjutan dengan
mempertimbangkan aspek potensi wilayah dan kebutuhan gizi warga setempat.
Amran juga mengajak seluruh kader PKK dan organisasi kewanitaan lainnya seperti
IWAPI dan Muslimat NU dapat mengoptimalkan lahan pekarangan secara masif.
Menurutnya, jika saja 60 juta rumah tangga bergerak
bersama memanfaatkan lahan pekarangan dengan menanam sayur dan buah-buahan maka
hal tersebut dapat mengurangi biaya kebutuhan sehari-hari.
"Saya sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kerja keras yang telah
ditunjukkan oleh para wanita yang dalam hal ini terkoordinasi dibawah naungan
Tim Penggerak PKK, IWAPI, Muslimat NU, dan semua organisasi kewanitaan lainnya.
Sehingga apa yang telah kita rintis empat bulan lalu
melalui Gerakan Tanam Cabai di pekarangan telah berhasil menurunkan harga
cabai. Saya pantau di pasar induk, harga cabai saat ini berkisar Rp 36 ribu
sampai Rp 40 ribu per kilogran," jelas Amran, Selasa (11/4).
Amran menambahkan bahwa kementeriannya telah meninstruksikan kepada seluruh
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) untuk mengintensifkan pemberian
bibit tanaman secara gratis kepada masyarakat.
"Jenis bibitnya beragam, ada sayur-sayuran, buah-buahan hingga bibit
ayam," bebernya.
Ketua Tim Penggerak PKK Erni Guntari Tjahjo Kumolo mengharapkan agar seluruh
kader PKK dapat merespon secara positif gerakan pemanfaatan lahan pekarangan
yang dicanangkan Kementan.
"Minimal lima sampai 10 tanaman cabai dapat ditanam di pekarangan rumah
tangga yang sempit. Karena jika itu bisa terpenuhi setidaknya mereka bisa
mencukupi kebutuhan konsumsi cabai bagi rumah tangganya.
Intinya harus ada kemauan. Kementerian Pertanian sudah
mendorong dan memfasilitasi, tinggal bagaimana kader PKK di seluruh Tanah Air
dapat memanfaatkannya secara optimal," jelas Erni.
Sementara, Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengaku sangat mengapresiasi program
yang diluncurkan Kementan berkerja sama dengan Tim Penggerak PKK.
Dia berharap agar segenap komponen pemerintahan dan
masyarakat dapat bersinergi mewujudkan ketersediaan pangan yang beragam dan
bergizi bagi keluarga.
Joko juga mengapresiasi keberadaan Kelompok Wanita Tani (KWT) yang dengan
segala inovasi dan kreatifitas serta komitmennya dalam pemanfaatan lahan
pekarangan sebagai salah satu solusi upaya pemenuhan kebutuhan pokok keluarga
telah mampu menempatkan Kelompok Wanita Tani (KWT) menjadi pesaing/rivalitas
berat bagi para kaum kapitalis.
Dirjen Hortikultura Kementan Spudnik Sujono yang juga plt. kepala Badan
Ketahanan Pangan menambahkan bahwa progam yang diluncurkan di Desa Glesungrejo,
Kecamatan Baturetno, Wonogiri tersebut adalah salah satu upaya Kementan
menyentuh sisi mikro pengembangan pertanian.
"Artinya, kami tidak hanya berfokus pada usaha-usaha makro seperti
pengembangan luas tanam padi, jagung atau kedele saja," ujarnya.
Dalam peluncuran Gerakan Peran Serta Masyarakat dalam Pemanfaatan Pekarangan
untuk Ketahanan Pangan Keluarga Indonesia, Kementan memberikan bantuan sebanyak
150 ribu bibit cabai untuk 10 provinsi, bibit ayam unggul petelur sebanyak 1000
ekor, dan 10 ribu ekor di beberapa provinsi lain, serta lima unit kultivator
sesuai kebutuhan masyarakat.(red)
Editor: Harian Momentum