Harianmomentum.com--Beberapa waktu lalu, lembaga survei Rakata Institute
sempat berpolemik dengan sejumlah media di Provinsi Lampung. Polemik tersebut
dipicu sikap Rakata Institute yang hanya mengundang tujuh media untuk mengikuti konfrensi pers terkait publikasi hasil hasil
survei Pilgub Lampung.
Anehnya, setelah sidang putusan Dewan Etik Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Lampung yang menyatakan Rakata Institute tidak kredibel, lembaga
survei itu justru mengundang seluruh media dalam konfrensi pers di Els Coffe
Lampung Walk, Senin (14/5).
Direktur Eksekutif Rakata Institute Eko Kuswanto mengakui pada rilis hasil
survei beberapa waktu lalu hanya mengundang tujuh media.
Dia beralasan, diundangnya tujuh media tersebut karena, Eko hanya
memiliki nomor telepon dari tujuh media saja.
"Saya mencari media yang ada di dalam kontak saja saja. Tapi secara
aturan Dewan Pers tidak bermasalah," terang Eko.
Namun begitu, dia menceritakan, awal mula mengapa hanya mengundang tujuh media saja. Menurut dia, salah satu penyebabnya karena kecewa dengan pemberitaan salah satu media yang menyangkut kehidupan
pribadinya.
Sementara, media yang memberitakan itu adalah yang mengkoordinir media
lainnya, untuk hadir dalam setiap rilis hasil survei Rakata Institute.
"Jadi waktu rilis hasil survei Pilbup Tanggamus di bulan Februari.
Beberapa hari setelahnya, ada salah satu media yang memberitakan privasi saya.
Saya pun merasa tersinggung, makanya rilis berikutnya saya mencari media yang
ada di kontak hp saja," bebernya.
Dia melanjutkan, tsetelah rilis survei yang mengundang tujuh media, banyak pemberitaan di media yang salah mengartikan hasil survei sebelumnya.
Karena itu, Rakata Institute pun mengundang seluruh media di Lampung untuk
hadir dalam jumpa pers kali ini.
"Kasus ini jadi membesar karena banyak media, yang mayoritas dilakukan
media yang tidak diundang. Sebenarnya, media yang hadir waktu itu memahami kata
per kata yang saya jelaskan. Makanya, hari ini kita undang media yang belum
sempat diundang. Tapi sejujurnya, Rakata tidak pernah membatasi," tutupnya. (adw)
Editor: Harian Momentum