MOMENTUM, Bandarlampung--Setelah mengalami polemik penolakan dan protes keras dari masyarakat, akhirnya WNI yang tertahan di Wuhan dipulangkan juga ke tanah air menggunakan pesawat air bus A330 Batik Air. Rencana awal menjadikan Batam sebagai homebase observasi, entah itu karena perlawanan masyarakat Batam yang sengit, atau memang pertimbangan situasional sosial politik ekonomi Batam sebagai kota industri dan destinasi, pemerintah pusat kemudian menjadikan Natuna sebagai tempat akhir observasi karantina selama 15 hari mahasiswa WNI Wuhan.
Tidak hanya di Batam, masyarakat Natunapun menolak keras dan juga bahkan sempat terjadi kisruh antara masyarakat Natuna dengan aparat setempat. Berbagai argumentasi teriakan bahkan cacian kemarahan masyarakat Natuna berseliweran di media massa. Kenapa harus ke Natuna ? Kenapa masyarakat Natuna yang mau dikorbankan ? pemerintah pusat diskriminasi kepada Natuna ? Banyak lagi bentuk protes verbalistik masyarakat kepada pemerintah.
Sampai akhirnya Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahyanto turun tangan menjelaskan dan akhirnya masyarakat Natuna bisa menerima rencana karantina WNI kita yg dievakuasi dari Wuhan China di Hanggar TNI di Natuna.
Inilah fakta kita hari ini.
Teror virus corona ini telah membuat iklim dunia menjadi mencekam. China yang sebelumnya bagaikan naga raksasa perkasa, hari ini kita lihat tak lebih bagaikan naga pesakitan yang merintih sekarat mempertahankan sisa hidupnya. Hari ini tercatat sudah 603 orang meninggal dan 30.245 manusia terinfeksi virus corona. Meskipun ada 700 orang yang bisa disembuhkan, namun penyebaran virus ini semakin massive tak terkendali. Sudah 28 negara menyatakan tertular virus. 60 negara mengeluarkan status travel warning ke China. Indonesiapun akhirnya juga menghentikan pengurusan visa dari China. Semua produk import China dihentikan. Jepang, Amerika, Rusia dan Prancis mengevakuasi warganya langsung dari China.
Dengan demikian mencekamnya dampak penyebaran virus corona ini khususnya di Indonesia, ada satu hal yang luput dan abai kita perhatikan. Ada satu hal yang sebenarnya berperan sangat krusial namun selalu sering kita lupa untuk memberikan apresiasi. Apakah itu ? Yaitu bagaimana peran TNI sebagai garda terdepan negara ini turun tangan langsung menjemput, mempersiapkan peralatan, mengevakuasi, mengantarkan, dan mendampingi 328 mahasiswa WNI Wuhan ini di Lanud Natuna Provinsi Kepulauan Riau.
Sebagai bahagian dari keluarga besar TNI, penulis berkewajiban mengingatkan kita semua. Bahwa, ditengah kesemrawutan tata kelola negeri ini, masih ada satu institusi yang begitu luar biasa, tanpa sesumbar berita, bekerja dalam hening, bertindak dalam senyap, menjalankan perintah negara menyelamatkan anak bangsa di negeri China.
Tak terbayang bagaimana perasaan keluarga mereka ketika perintah itu datang. Yaitu misi evakuasi dan pendampingan terhadap anak bangsa yang bisa saja ada yang terinfeksi virus mematikan itu ?
Begitulah TNI kita. Sebagai patriot bangsa, selalu hadir bersama rakyat. Ketika terjadi bencana alam seperti banjir, longsor, kebakaran hutan, pesawat jatuh, evakuasi, terjadi kerusuhan, korps berbaju loreng itulah yang selalu kita lihat baik di televisi dan media lainnya. Mereka berbaju loreng inilah yang selalu hadir membantu masyarakat tanpa lelah, tanpa ada wajah terpaksa di mukanya.
Disaat institusi lain sibuk menikmati fasilitas negara. Disaat yang lain enak tidur dirumah ber-ac dingin dan makan enak. Disaat yang lain asyik bercengkrama dengan keluarga, bermain golf dan bersepeda, atau juga bahkan lelap dalam menikmati fasilitas kekuasaan jabatan, TNI justru tetap terjaga dan siaga. Seperti saat ini di Natuna. Sungguh terharu dan bangga hati ini melihat bagaimana para TNI ini berupaya menghibur anak bangsa dengan berbagai game, permainan, dan juga olah raga. Agar fisik dan psikis mereka tetap terjaga selama proses observasi.
Kitapun dapat melihat di cuplikan video dan IG mereka, wajah-wajah ceria yang selalu dipompa para prajurit TNI tanpa lelah dan semangat. Padahal, ancaman tertular virus itu ada setiap saat dan kapan saja bersama mereka. Peralatan safety pun terlihat apa adanya.
Namun apakah ada diantara kita, para anak bangsa ini, yang memberikan apresiasi kepada mereka ? Atau media mainstream yang peduli dan mau meliput mereka ?
Itulah gambaran wajah kita hari ini. Cenderung suka atas sebuah berita negatif tak bermakna. ‘Bad news is good news’ seakan jadi ideologi utama. Kita kadang mudah respek dan asyik dengan berita berbau negatif dan sentimentil. Tetapi sering abai dengan muatan berita positif dan konstruktif. Para awak media kita “candu dan doyan” dengan berita yang bersudutkan konflik dan polemik keburukan objek.
Sekarang kita baru sadar. Ternyata bangsa ini masih mempunyai sebuah aset yang luar biasa. Sebuah institusi yang paripurna. Sebuah institusi yang dulu dicaci maki, difitnah, diframing seolah begitu kejam, sadis dan menakutkan, ternyata merekalah para malaikat dan patriot bangsa ini yang paling setia.
Tak terhitung cacian dan kebencian yang mereka terima dahulu. Sekarang kita baru sadar. Ternyata itu semua hanyalah sebuah propaganda dan halusinasi paranoid yang sengaja dimainkan oleh para penjahat dan pengkhianat negeri ini. Agar TNI sebagai tulang punggung negara, sebagai entitas inti negara dijauhi dan dibenci oleh rakyatnya sendiri. Agar TNI lemah dan terkekang.
Secara garis politik mereka dikebiri. Secara kewenangan institusi mereka dihabisi dengan aturan yang dibuat dan dirancang sedemikian rupa agar tunduk dibawah ketiak politisi.
Lihatlah juga fakta hari ini. Mereka yang selama ini teriak paling NKRI, merasa paling suci, justru lari. Saling melempar tanggung jawab. Berkilah dengan berbagai alasan. Padahal tak lebih dari pada menghindar dari permasalahan alias main aman.
Tetapi, kalau sesuatu hal itu menyangkut hal yang menghasilkan keuntungan seperti jabatan, fasilitas, anggaran, dan panggung aktualisasi didepan, semuanya tampil bak pahlawan. Petantang- petenteng menghadap kamera dan tebar pesona memalukan.
Kembali pada dedikasi TNI di Natuna. Tak terbayang bagaimana kecemasan anak istri mereka dirumah. Tentang resiko suami dan bapak mereka di Natuna. Tapi tentu mereka sadar, bahwa semua demi loyalitas dan pengabdian kepada nusa dan bangsa. Itulah jati diri TNI sejatinya.
Terimakasih TNI ku.
Kalianlah patriot bangsa yang sejati.
Kalianlah pelindung rakyat yang setia.
Kalianlah para kesatria kesatria bangsa.
Sekarang kami baru sadar dan tahu, Yang membuat kami semakin bangga dan semakin cinta.
Bravo TNI.
Bersama rakyat, TNI kuat.
Oleh: Anton Permana. Kader FKPPI dan Anak Kolong
Editor: Harian Momentum