Perlu Tindakan Bersama Hadapi Ancaman Krisis Energi

img
Diskuisi publik di FISIP Universitas Lampung. Foto. Rifat.

MOMENTUM, Bandarlampung--Penggunaan energi fosil yang demikian besar berdampak pada pengerukan sumber daya alam secara massif dan besar-besaran.

Hal itu terungkap dalam diskusi publik bertajuk Dialog Kedaulatan Energi bersama Pertamina yang dihelat Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Unila dan PT Pertamina (Persero) di Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung, Selasa (25-2-2020).

Diskusi menghadirkan salah satu pemateri pengamat energi nasional, Ugan Gandar yang menjelaskan prediksi kelangkaan energi fosil (minyak, batubara) selama 25 tahun ke depan.

"Banyak penelitian menyebut energi minyak akan langka dalam kurun waktu 25 tahun mendatang. Kenaikan populasi penduduk dunia juga meningkat per enam tahun satu miliar jiwa. Di Indonesia saja peningkatan konsumsi energi minyak sebesar 15 persen per tahun," jelas Ugan Gandar.

Atas dasar itu, menurut dia, perlu tindakan bersama untuk menghambat keniscayaan terjadinya kelangkaan energi masa depan. "Selain menemukan dan mengembangkan energi terbarukan, perlu juga mengatur tata kelola pemanfaatan energi nasional yang berdaulat, agar pemanfaatan energi ini bisa mensejahterakan rakyat, kelangkaan energi ini adalah niscaya (pasti) yang kita lakukan hanya menghambat," jelasnya dalam diskusi.

Pengamat energi yang juga presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) tersebut mengatakan, kedaulatan energi harus digaungkan di berbagai forum, termasuk di lingkungan kampus guna memanfaatkan sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat.

"Memang, saya pribadi sudah lama bicara energi. Sejak 2008, saya sudah keluar masuk kampus bicara kedaulatan energi. Sedangkan pemerintah waktu itu hanya bicara ketahanan energi. Kita belum berdaulat atas energi. Kita harus lakukan terminasi blok blok pengeboran minyak untuk kembali dikelola negara untuk kemakmuran rakyat," ungkapnya.

Investasi bukan untuk ditolak tetapi harus disiapkan regulasi yang menjamin pengelolaan harus di tangan negara, bukan swasta apalagi asing. "Saat ini kebutuhan Indonesia akan bahan bakar minyak (BBM) sudah mencapai 1,4 juta barel per hari. Dengan produksi sekitar 760 ribu barel per hari dan sisanya dipenuhi melalui impor," tambahnya. (*).

Laporan: Rifat Arif.

Editor: M Furqon.






Editor: Harian Momentum





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos