MOMENTUM, Bekri--Dewan Komisaris PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII melakukan kunjungan ke PTPN VII Unit Bekri Lampung Tengah, Sabtu (4-7-2020).
Tiga komisaris PTPN VII Nurhidayat (komisaris utama), Mahmud dan R. Wiwin Istanti, hadir pada kunjungan itu. Didampingi Direktur PTPN VII Doni P. Gandamihardja, Senior Executive Vice President (SEVP) Operation II Dicky Tjahyono, SEVP Operation I Fauzi Omar, manajer Unit Bekri, dan beberapa kepala bagian.
Pada kesempatan itu, Nurhidayat menelisik dengan detail pencapaian produksi dan semua kendala dan mengibaratkan kondisi PTPN VII seperti satu unit kapal.
Menurutnya, PTPN VII adalah kapal besar yang mengangkut barang berharga jual tinggi dan penumpang banyak. Namun, saat ini kondisinya sedang terombang-ambing akibat kerusakan mesin dan bahan bakar.
“Apa yang bisa kita lakukan dalam kondisi kapal genting seperti ini? Apakah kita diam saja? Atau sibuk teriak-teriak mencari pertolongan? Atau berebut sekoci untuk menyelamatkan diri?,” tanya dia dengan serius.
Nurhidayat mengapresiasi para nakhoda yang telah memimpin perusahaan sehingga tidak tenggelam. Namun, masalah berikutnya adalah bagaimana perusahaan ini bisa sehat dan berlayar kembali sampai ke tujuan.
“Tidak ada pilihan, caranya adalah mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di dalam PTPN VII ini menjadi suku cadang perbaikan mesin. Juga menjadikan apa yang ada menjadi bahan bakar. Ini harus dikerjakan dengan extraordinary dan kreatif,” kata dia.
Nurhidayat yang dalam pengangkatan pada 6 Juni 2020 lalu juga merangkap sebagai Komisaris Independen juga memberi catatan khusus tentang efisiensi. Menurutnya, efisiensi terbaik adalah menaikkan produksi dengan mengoptimalkan sumber daya pada semua proses produksi.
“Efisiensi terbaik itu bukan cutting cost ataupun meninggalkan atau bahkan membuang aset yang dinilai tidak maksimal. Justru sebaliknya, efisiensi adalah memacu kinerja sehingga produksi tinggi dengan sumber daya yang ada. Bukan meninggalkan aset, tetapi dengan SDM yang ada menggarap aset agar menghasilkan,” kata dia.
Senada, komisaris lainnya, R. Wiwin Istanti mengajak semua karyawan PTPN VII untuk berubah. Dengan sedikit saja menaikkan kecepatan dan memperluas peran dalam bekerja setiap individu, percepatan kesehatan perusahaan akan bisa lebih cepat.
“Kita harus berubah. Kita naikkan satu level saja speed dan cakupan kerja kita, insyaallah bisa keluar dari krisis. Misalnya, seorang pemanen biasa menurunkan 70 TBS setiap hari, mulai hari ini naikkan jadi 75, maka akumulasinya sudah besar. Demikian juga dengan bidang lainnya. Kita selamatkan perusahaan dan kita kembalikan kejayaan PTPN VII. Kita harus terus melakukan evaluasi internal,” kata dia.
Wiwin juga menekankan agar setiap unit kerja harus menjadi profit centre. Strategi program yang dirumuskan pasti ada perubahan. Semua insan PTPN VII harus siap dengan perubahan. Termasuk perubahan harua keluar dari zona nyaman.
Direktur Doni P Gandamihardja dalam kesempatam itu menegaskan PTPN VII harus berjuang keluar dari krisis. Semua karyawan PTPN VII harus bertekad untuk menyelamatkan perusahaan. Harus dapat membuat inovasi-inovasi yang bisa meningkatkan produktivitas, sehingga bisa berdampak ke semua aspek.
Dari Lampung Tengah, rombongan langsung menuju Pabrik Karet Pematang Kiwah (Pewa) di bilangan Natar, Lampung Selatan. Disambut Manajer Unit Enda Arifin Z. Siregar, mereka langsung menginpeksi ke pabrik karet yang mengolah SIR 20. Yang dilanjutkan dengan paparan kinerja pabrik semester pertama 2020.
Perjalanan menuju kantor Direksi, rombongan juga sempat meninjau kebun kelapa sawit Rejosari yang berlokasi di Jalan Raya Natar. (*).
Laporan: Nur/Rls.
Editor: M Furqon.
Editor: Harian Momentum