MOMENTUM, Bandarlampung--Ketua Karang Taruna Kecamatan
Rajabasa, Fino Mardeni mengatakan bahwa demokrasi pada Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) di Kota Bandarlampung terancam mati, akibat panasnya persaingan
diantara para kandidat bakal calon kepala daerah (bacalonkada).
Menurut Fino, demokrasi adalah pemilihan langsung. Maka
secara ideal harus memberikan kesempatan yang sama bagi setiap kandidat untuk berinteraksi
dengan masyarakat dari segala lapisan.
Namun, kata Fino, ada salah satu kandidat yang menurutnya
berlaku tidak pantas. Menebar ketakutan dan teror kepada masyarakat, melalui
aturan-aturan yang diciptakan untuk membatasi interaksi bacalonkada dengan
masyarakat.
"Ada kandidat yang menurut saya tak elok, menebar
teror kepada masyarakat. Menerima bantuan saja tak boleh, apalagi berinteraksi.
Dalihnya karena Corona. Itu sangat kencang nuansa politisnya, ketimbang nuansa
protokol kesehatannya," kata Fino melalui pesan whatsapp yang diterima
harianmomentum.com, Minggu (13-9-2020).
Fino menambahkan, demokrasi Pilkada Bandarlampung terancam
mati jika kandidat tersebut tak mawas diri untuk lebih dewasa, menyikapi
perbedaan pilihan yang ada ditengah-tengah masyarakat.
"Saya masih berharap kandidat yang demikian mawas
diri, kalau tidak ya bisa mati demokrasi kita, perbedaan itu sunatullah" ujar
Fino
Ketika ditanyai soal kandidat mana yang dia maksud, Fino
menolak untuk menyebutkan dengan pertimbangan etika dan kesopanan.
Meski demikian, Fino yang merupakan tokoh pemuda di
kecamatan Rajabasa tetap konsisten pada pendiriannya untuk tak bersepakat
dengan cara-cara yang menurutnya tak elok untuk dilakukan oleh kandidat
tersebut.
Pemilihan Walikota Bandar Lampung sendiri diikuti oleh tiga
bakal pasangan bacalonkada, Eva Dwiana-Dedi Amrullah, Rycko Menoza-Johan
Sulaiman, serta Yusuf Kohar-Tulus Purnomo.(rls)
Editor: Agung Chandra Widi
Editor: Harian Momentum