Skema Bisnis Klaster, Komitmen Nestle Tingkatkan Kesejahteraan Petani Kopi

img
Dari kiri: Ir. Fb. Karjiono (Asisten II Pemkab Tanggamus), Willem Petrus Riwu (Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian), Ir. H. Muhammad Anas, M.Si (Direktur Perbenihan dan Perkebunan Kementerian Pertanian RI), Debora Tjandrakusuma (Direktur Legal & Corporate Affairs PT Nestlé Indonesia), Drs. Adeham, M.Pd (Asisten II Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Lampung) pada penyerahkan 300.000 bibit unggul secara simbolis kepada para petani kopi. Foto: Ira Widya

Harianmomentum-- PT Nestle Indonesia kembali menegaskan komitmennya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengembangan skema bisnis klaster.

 

Melalui skema ini, para petani akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan yang dilakukan secara komprehensif mulai dari peremajaan kebun dalam bentuk pemberian bibit kopi kepada para petani, akses teknologi budi daya, pemberian sarana paska panen, serta akses ke pasar dan perbankan.

 

Demikian disampaikan Direktur Legal and Corporate Affairs PT Nestle Indonesia, Debora Tjandrakusuma saat Perayaan Hari Kopi Internasional di Kebun Percontohan Nestle, Kabupaten Tanggamus, Sabtu (30/9).

 

Debora mengatakan, bagi Nestle, pasokan bahan baku dari para petani kopi di Lampung memiliki peran penting bagi keberlanjutan bisnisnya, khususnya dalam menghadirkan produk-produk kopi berkualitas.

 

“Nestle berkomitmen mendukung para petani untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil produksi mereka, yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. Dengan produktivitas dan kualitas yang tinggi, maka kesempatan para petani kopi untuk dapat ikut bersaing di pasar kopi nasional dan globaljuga akan semakin terbuka Iebar,” ujarnya.

 

Debora mengungkapkan, Nestle Indonesia telah membangun kemitraan strategis dengan para petani kopi di Tanggamus dan Lampung Barat sejak 1994.

 

Kemitraan ini telah menjangkau sekitar 20 ribu petani di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat. Dan seluruh petani tersebut kini telah memperoleh validasi 4C (Common Code for the Coffee Community), sebuah standar yang disusun oleh 4C Association yang mencakup berbagai aspek dalam pertanian kopi yang berkelanjutan.

 

Model kerjasama ini, kata Deborah, telah berhasil membantu para petani kopi untuk meningkatkan produktivitas serta kualitas hasil produksinya, mendapatkan kemudahan akses pasar serta dukungan perbankan yang diperlukan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan mereka.

 

Pada saat yang bersamaan Nestle Indonesia juga mendapat jaminan pasokan biji kopi berkualitas. Hal tersebut merupakan cara Nestle dalam mendukung terciptanya masyarakat yang sukses dan tangguh.


Debora juga menegaskan pentingnya mengembangkan model financial ecosystem untuk terus meningkatkan keunggulan kompetitif para petani ditengah berkembangnya industri kopi.

 

"Saat ini lebih dari 16 ribu petani kopi di Tanggamus te|ah memiliki rekening Bank Lakupandai di BTPN dan akses untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat," ungkapnya.

 

Terkait potensi yang dimiliki oleh industri kopi Indonesia, Kepala Pusat Data dan lnformasi Kementerian Perindustrian RI Willem Petrus Riwu mengatakan sebagai negara penghasil biji kopi terbesar keempat di dunia, Indonesia memproduksi rata-rata sebesar 639 ribu ton per tahun atau sekitar 8% dari produksi kopi dunia.

 

"Kami optimis bahwa pertumbuhan kelas menengah dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia juga akan meningkatkan industri pengolahan kopi di dalam negeri secara signifikan," tuturnya. (ira)








Editor: Harian Momentum





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos