MOMENTUM--Lampung naik daun di sepertiga terakhir Ramadhan. Viral bukan karena aspek religi di bulan suci, melainkan bersumber dari "nyanyian" tiktoker Bima Yudha yang direspons Ginda Ansori. Keduanya putra Sai Bumi Ruwa Jurai. Bima sedang menimba ilmu di Australia, Ginda Ansori advokat di Lampung.
Bima kritisi kondisi Lampung yang menurutnya tidak maju-maju, tapi "terselip" kata "dajjal" yang membuat Ginda tidak terima, berujung laporan ke Polda Lampung. Endingnya Ginda cabut laporan di hari yang sama dengan Polda Lampung hentikan penyelidikan karena "dajjal" yang dikatakan Bima dalam tik tok bukan tindak pidana.
Side effect Bima versus Ginda sangat luar biasa dan melebar kemana-kemana. Menko Polhukam dan KPK lantang bersuara. Bahkan tas dan arloji merek terkenal seharga ratusan juta kena getahnya gegara pejabat Lampung yang memakainya.
Netizen bagaimana?Tak perlu diuraikan lagi, kita semua sudah tahu responnya. Saya pun ikut latah berkomentar di grup WA. Mereka agaknya sangat terkesima dengan "fenomena Bima Ginda" di bulan puasa.
Kini, di sisa hari bulan suci menuju Idul Fitri, opsi yang terbaik adalah instropeksi diri. Mengapa mereka sempat terbawa arus Bima versus Ginda? Mengapa kita nyaris pro kontra berlama-lama?
Mereka dan kita itu termasuk saya.
Maka, saya mesti berkaca, memilah info di grup WA dan aneka berita agar ke depannya tidak cepat latah menanggapinya. Selamat menyongsong hari raya. "Tabik Pun" dari saya untuk semua, wabil khusus kepada Bima dan Ginda. (*)
Editor: Agung Darma Wijaya