MOMENTUM, Bandarlampung--Pedagang yang baru empat hari menempati Pasar SMEP Bandarlampung, mengeluhkan sepinya pembeli.
Kondisi itu terjadi karena banyak pedagang yang tidak menempati lapak yang disiapkan pemerintah di dalam Pasar SMEP. Tetapi, mereka berjualan di luar atau bukan termpat yang disiapkan pemerintah.
Akibatnya, pembeli tidak masuk ke lokasi lapak pedagang kaki lima (PKL) yang berada di bagian dalam Pasar SMEP. Akibatnya, dagangan PKL pindahan dari Pasar Pasir Gintung, sepi pembeli.
Seorang pedagang ayam, Sami (51), pada Jumat, 15 September 2023, mengaku hanya laku beberapa ekor sejak pindah ke Pasar SMEP.
"Nangis saya mas melihat ayam saya gak laku. Padahal saya harus setoran ke bos," kata dia kepada harianmomentum.com.
Dia mengatakan, saat sebelum dipindahkan ke Pasar Smep dagangan yang ia jajakan terjual sampai 50 ekor.
"Waktu masih jualan di luar itu bisa laku 50 ekor lebih, sekarang untuk laku 5 ekor aja sulit," terangnya.
Menurutnya, sepinya pembeli lantaran masih ada beberapa pedagang yang tetap berjualan di tempat yang tidak seharusnya.
"Sebenernya kalau pedagang itu masuk semua ya insyaAllah dagangan kita ini tetep laku, bisa rame. Jadi mereka (pedagang) ya sudah pindah ke smep, cuma masih di luar kios ini. Padahal setau saya untuk pedagang seperti saya ini diarahkan ke lokal C," jelasnya.
"Kita ini mau nyekolahin anak kita, kalo dagangnya begini terus mau gimana," imbuh dia.
Ia menuturkan, beberapa pedagang yang masih 'ngeyel' untuk berjualan di pinggiran jalan lantaran menginginkan dagangannya laku.
"Yang lain itu mungkin sudah ga bisa bertahan di sini, karena jarang ada orang masuk. Kalau masih pagi itu mereka masih di dalem. Begitu udah sepi mereka pindah keluar, karena mereka juga ya sama harus setoran," tuturnya.
Keluhan itu juga dirasakan Satiyem (57), dagangan sayur mayur yang dijajakan sudah terlihat layu.
"Sedih di sini mas, pasarnya sepi. Cari pelanggan susah," keluhnya.
Dia menyampaikan, pedagang yang saat ini bertahan di dalam pasar Smep pasti akan keluar kembali jika masih ada pedagang lain yang menggelar lapaknya di emperan pasar.
"Kami yang bisa dibilang taat aturan ini lama-lama juga akan keluar lagi, kan ini ga adil to. Kalau suruh masuk, ya masuk semua. Kalau yang di luar bandel ya kita yang di dalem ini keluar lagi nanti," bebernya.
Sementara, Supinah (58) pedagang buah yang berjualan di sisi jalan arah pintu masuk Pasar Smep mengaku rela berjualan di bawah tangga lantaran kios dagangannya di dalam (Smep) tidak pernah dihampiri pembeli.
"Saya kalo siang aja mas pindah ke sini, karena kosong kiosnya. Ini kan kalo malem yang punya yang nempatin," kata dia.
"Gimana, kalo di dalem itu dagangan saya tidak laku," imbuhnya sembari mengeluh.
Diketahui, Dinas Perdagangan Bandarlampung merelokasi 300 lebih pedagang kaki lima (PKL) yang berdagang di Pasar Gintung di sepanjang Jalan Imam Bonjol, Jalan Pisang dan Jalan Durian. Proses pemindahan PKL ke Pasar Smep berlangsung pada Senin 12 September 2023.
Dari data yang dimiliki Dinas Perdagangan Kota Bandaralampung, tercatat ada 430 PKL yang berdagang di Pasar Pasir Gintung, Kecamatan Tanjungkarang Pusat. Namun, yang terverifikasi dan dipindahkan ke Pasar SMEP hanya 300-an PKL.
Penertiban Pasar Pasir Gitung diduga terkait dengan kunjungan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi beberap waktu silam yang akan menjadikan Pasar Pasir Gintung sebagai pasar modern.
"Untuk membuat pasar yang modern harus dilihat dari akses lingkungan pasar. Sehingga dari hasil rapat yang diselenggarakan, ruas Jalan Imam Bonjol, Jalan Pisang hingga Jalan Durian harus bersih dengan pedagang kaki lima," kata Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Pemkot Bandarlampung, Sukarma Wijaya kepada wartawan, Selasa (12-9) lalu. (*)
Editor: Muhammad Furqon