MOMENTUM, Bandarlampung--Nasi uduk dan kopi, rasanya memang cocok dinikmati di pagi hari. Obrolan ringan hingga berat juga terasa syahdu jika ditemani dua menu tersebut.
Sarapan nasi uduk sepertinya sering jadi opsi tiap kalangan sebelum beraktivitas. Mulai dari orang kantoran, guru, bahkan ojol pasti sering mengganjal perutnya dengan sebungkus atau sepiring nasi uduk.
Tiap seruputnya, kopi juga dipercaya bisa menginspirasi pikiran manusia. Tak hanya itu, kadang halusinasi juga mudah datang saat ngopi.Tapi ingat, keseringan makan nasi uduk yang mengandung santan juga, katanya kurang baik untuk kesehatan.
Sama halnya dengan kopi. Kata tabib dekat rumahku, ngopi berlebihan dapat memicu penyumbatan pembuluh darah dan asam lambung. Tapi, kata Pakde Gondrong (tabib tetanggaku), jika sehari ngopi tiga gelas masih dalam kategori aman. "Asal jangan kebanyakan gula juga," seloroh Pakde Gondrong waktu itu.
Sebenarnya dalam tulisan kali ini, aku sedang tidak ingin terlalu dalam membahas soal nasi uduk dan kopi. Apalagi soal Pakde Gondrong. Huftt bukan itu!
Aku hanya sedikit akan mencurahkan uneg-uneg yang memang sepertinya tak bisa aku lampiaskan dalam berita. Iya, meski hanya pandangan pribadiku tentang situasi politik saat ini. Tentang politik di Lampung yang ada kaitannya dengan nasi uduk dan kopi.
Sepekan lalu, para bintang politik asyik menikmati nasi uduk bersama. Mbak Nunik, Kiyai Mirza, Mbak Jihan dan Bang Umar. Tak perlu kujelaskan, kalian pasti sudah tahu siapa dan bagaimana latar belakang mereka.
Waktu itu, matahari mulai menyingsing dari ufuk timur. Kalau tidak salah, jarum pendek arlojiku berada di angka sepuluh. Sedangkan jarum panjangnya aku tidak terlalu ingat berada di angka berapa?
Seperti biasa, sebelum bergegas liputan aku selalu mengecek medsosku. Terutama facebook dan instagram.
Di facebook aku hanya menilik unggahan rekanku di kampung yang menawarkan hewan ternaknya. Wajar, dia bisnis jual beli 'wedus rambon' alias kambing (berjenis kuping panjang) sejak tiga tahun lalu.
Usai menekan tanda like (suka) di postingan jual kambing tadi, aku langsung membuka aplikasi instagram. Halaman awal di berandaku langsung muncul postingan akun @jihanchalim yang isinya gambar orang-orang yangku sebut tadi.
Sontak, naluri wartawanku mengajak untuk membuat berita pertemuan itu. Konfirmasi sana-sini jadi keharusan. Meski, aku tak berhasil pagi itu. Akhirnya sore, Bang Umar bisa juga terkonfirmasi ihwal pertemuan itu.
Aku juga baru sadar, makan nasi uduk saja bisa jadi berita. Tergantung siapa yang memakanya. Yah, paling tidak ada kemungkinan terjadi koalisi besar saat pilgub nanti. Pikirku waktu itu, dalam komponen koalisi itu, bila memang terjadi tentu akan menjadi poros muda. Bisa Mirza-Jihan, bisa juga Mirza-Umar. Terpenting ada Mirza-nya. Hehehe...
Lepas dari menu nasi uduk. Sepertinya poros tua tak ingin ketinggalan. Ya, di WAG (WhatsApp Group) ponselku beredar foto pertemuan Herman HN dan Irfan Nuranda Djafar. Mereka ngopi bareng di ibukota negara. Jakarta ya, bukan IKN? Hehe...
Pertemuan yang katanya secara tak sengaja itu, tepat sehari sebelum Herman HN menghadap sang bos (Surya Paloh Ketum Partai Nasdem) untuk mengutarakan keseriusanya maju pada Pilgub Lampung 2024.
Kembali aku berhalusinasi (meminjam istilah efek ngopi), akan ada kemungkinan terbentuk koalisi tua yang kokoh pada Pilgub 2024. Memang halusinasiku bukan efek dari kopi. Tapi mungkin efek coklat hangat yang kupesan di wartacoffe. Masih ada kopi-kopinya-lah. Wajar, bila nanti ada melesetnya. Namanya juga halu (istilah generasi z menyebut kata halusinasi).
Haluku makin kuat soal koalisi poros tua. Lebih-lebih setelah Irfan Nuranda merapat ke Herman HN. Konon Hanan yang memang paling dekat dengan Irfan jelang Pilgub kali ini, telah melempar handuk. Dalihnya, gegara DPP Golkar memberi surat instruksi ke Arinal. Bukan ke Hanan.
Otomatis, kemungkinan Hanan maju di Pilgub sangat kecil. Meskipun juga tetap ada kemungkinan dia yang bakal mendapat rekom. Intinya semua serba mungkin.
Mungkin akan ada dua poros, mungkin juga akan muncul dari poros yang nantinya dibentuk Arinal. Aku menyebutnya poros petahana. Muda, tua dan petahana.
Seperti yang dikatakan Irfan aku wawancarai. Dia menyebut hubungannya dengan Hanan masih tetap baik. Dengan nada optimis, dia juga menyebutpencalonan Hanan masih mungkin terjadi. Wallahualam.
Intinya, jika nantinya koalisi mereka memang benar terjadi, aku harap mereka masih gemar makan nasi uduk bareng, ngopi bareng atau makan buah anggur barenglah. Tapi jangan lupa, bareng wartawan juga dong. Kalau ini bukan halu, tapi berharap, hehehe.. Tabikpun. (**)
Editor: Munizar