MOMENTUM, Bandarlampung--Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Lampung memprakirakan inflasi akan tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi 2,5±1 persen (yoy) persensepanjang tahun 2025.
Hal itu disampaikan Kepala KPw BI Lampung, Bimo Epyanto dalam keterangan persnya yang diterima harianmomentum.com, Rabu (2-7-2025).
Namun, menurut dia, beberapa risiko perlu diwaspadai dan dimitigasi, diantaranya dari Inflasi Inti (Core Inflation) berupa (i) peningkatan permintaan agregat sebagai dampak dari kenaikan UMP sebesar 6,5 persen yang direalisasikan secara bertahap pada tahun 2025; dan (ii) berlanjutnya kenaikan harga emas dunia akibat ketidakpastian geopolitik dan sentimen kebijakan ekonomi Amerika Serikat.
Selanjutnya dari sisi Inflasi makanan yang bergejolak (Volatile Food) adalah (i) peningkatan harga beras pasca berakhirnya periode panen raya dan masuknya periode tanam gadu (April-Juli 2025); dan (ii) musim kemarau yang berlangsung mulai Juni 2025 berisiko menganggu kinerja produksi tanaman pangan dan hortikultura.
Adapun risiko dari inflasi harga yang diatur pemerintah (Administered Price) yang perlu mendapat perhatian di antaranya penyesuaian harga bahan bakar minyak seiring kenaikan harga minyak dunia akibat meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah dan potensi pemberlakuan kebijakan tarif baru AS.
Berdasarkan data Bank Indonesi (BI) Lampung, Indeks Harga Konsumen (IHK) di provinsi ini pada bulan Juni 2025 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,04 persen (mtm), meningkat dibandingkan periode Mei 2025 yang mengalami deflasi sebesar 0,58 persen (mtm).
Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,19 persen (mtm).
Secara tahunan, IHK di Provinsi Lampung pada bulan Juni 2025 mengalami inflasi sebesar 2,27 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 2,12 persen (yoy) dan inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,87 persen (yoy).
Dilihat dari sumbernya, inflasi pada Juni 2025 utamanya disebabkan oleh peningkatan harga komoditas dalam kelompok makanan, minuman dan tembakau, utamanya beras, cabai rawit, bawang merah, tomat dan daging ayam ras dengan andil masing-masing sebesar 0,06 persen (mtm); 0,04 persen (mtm); 0,04 persen (mtm); 0,04 persen (mtm); dan 0,03 persen (mtm).
Kenaikan harga beras sejalan dengan masuknya periode tanam gadu pada periode April-Juli 2025. Adapun kenaikan harga cabai rawit dan bawang merah sejalan dengan berakhirnya periode panen dan penurunan pasokan di sentra produksi utama.
Sementara itu, kenaikan harga daging ayam ras dipengaruhi oleh relaksasi Harga Acuan Pembelian (HAP) di tingkat konsumen yang dilakukan pemerintah mulai Juni 2025.
Lebih lanjut, inflasi yang lebih tinggi pada Juni 2025 tertahan oleh sejumlah komoditas yang mengalami deflasi, utamanya bawang putih, cabai merah, kangkung, jeruk dan bensin dengan andil masing-masing sebesar -0,09 persen; -0,06 persen; -0,02 persen; -0,02 persen ; dan -0,02 persen (mtm). Penurunan harga cabai merah didukung oleh masuknya periode panen cabai di sentra Produksi Kabupaten Pesawaran. Adapun penurunan harga aneka sayur dan jeruk dipengaruhi peningkatan produksi di Lampung Barat dan Pringsewu.
Sementara itu, penurunan harga bensin sejalan dengan kebijakan penurunan harga BBM non subsidi Pertamax, Pertamax Turbo, Dextile, dan Pertamina Lite pada bulan Juni 2025.
Meninjau perkembangan inflasi bulan berjalan dan mempertimbangkan risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia dan TPID Provinsi Lampung akan terus melanjutkan upaya menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K, yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi efektif.(**)
Editor: Agus Setyawan