Harianmomentum.com--Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Lampung dinilai gagal dalam mengatasi masalah bencana alam yang
melanda dalam beberapa hari terakhir di daerah setempat.
Terbukti dalam bencana banjir yang terjadi di
sejumlah tempat di Lampung, Pemprov Lampung baru lima hari berikutnya mengambil
tindakan dengan memberi bantuan, dengan alasan prosesnya sulit.
Direktur Walhi Lampung Hendrawan mengatakan
seharusnya ada langkah jangka pendek untuk mengatasi ini, sebab masalah seperti
sekarang sudah menjadi wewenang pemerintah provinsi.
"Minimal ada perbaikan yakni normalisasi
sungai secara cepat, apa lagi kita sudah mengetahui titik banjirnya," kata
dia.
Untuk tindak jangka panjang mulai melakukan penghijauan dengan penanaman mangrove di pinggir sungai. "Harus ada sistem peringatan dini, apa bila curah hujan tinggi sirine akan berbunyi," kata dia.
Volume hujan saat ini sangat tinggi dan seluruh
pihak harus waspada, apa lagi hutan di Lampung sudah mengalami kerusakan hingga
65 persen.
Tidak menutup kemungkinan bencana alam seperti
ini kembali terjadi, karena intensitas hujan saat ini tinggi dan sulit
diprediksi. Dampak banjir akan dirasakan yakni warga kehilangan sumber
penghasilan karena sawah, ladang dan kolam budidaya terendam banjir.
Didi korban banjir di Desa Banjarrejo, Kecamatan
Batanghari, Lampung Timur mengandalkan sawah untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
namun banjir telah merusak tanaman padinya sehinga tidak bisa panen.
"Tidak bisa panen akibat terendam banjir,
padi yang hampir panen jadi busuk dan yang sedang tumbuh mati terendam,"
kata dia.
Dirinya pun harus rela mengungsi dari tempat
tinggalnya, karena ikut terendam banjir dan sejauh ini tidak ada tindakan dari
Pemerintah provinsi.
Untuk kabupaten sudah ada tindakan, langsung
direspon cepat untuk bantuan dan yang lainnya.
Kusairi warga Kampung Cabang, Kecamatan
Bandarsurabaya, Kabupaten Lampung Tengan pun merasakan hal yang sama. Ternak
ayam dan ikan adalah salah satu sumber penghasilannya, selain bertani.
Banjir sejak pekan lalu tidak hanya membuat
warga harus mengungsi ke tenda darurat, tapi juga menghabiskan ternak ayam dan
ikan yang diharapkan bisa menambah pengahasilan.
"Kalau perabotan rumah tangga basah atau sedikit rusak, tapi yang kami pikirkan untuk menyambung hidup bagaimana karena seluruh ternah hanyut dan ladang terendam banjir," ucapnya.(red)
Editor: Harian Momentum