MOMENTUM, Bandarlampung--Menyikapi kondisi bisnis gula PTPN, Federasi Serikat Pekerja Perkebunan Nusantara (FSPBUN) dan Holding PTPN Group menggelar Focus Group Discussion (FGD), Jumat (29-8-2019)
Hasil diskusi menghasilkan dua poin krusial yang menjadi kesimpulan yaitu perlu adanya perubahan mendasar (transformasi) dan perlunya satu entitas baru untuk memayungi seluruh proses bisnis gula PTPN.
FGD yang diadakan di Kebun Agrowisata Wonosari, PTPN XII, Lawang, Malang itu diikuti 30an peserta. Mereka berasal dari SPBUN PTPN Gula di Jawa, Sumatera, Pengurus FSPBUN dan dari Holding PTPN.
Hadir pada agenda kajian itu Direktur SDM dan Umum PTPN III (Persero) Holding, Seger Budiarjo, Ketua Umum FSBUN Tuhu Bangun, dan pejabat lain.
Ketua Tim Pengawalan Gula BUMN FPSBUN, Betta R. Sigit Prakoeswa mengatakan, FGD ini untuk memberikan masukan terhadap kinerja gula berdasarkan data dan analisis. Betta yang juga Sekjen FSBUN ini mengungkap, kinerja PTPN Gula pada triwulan I 2019 menunjukkan indikator harapan. Tetapi dalam triwulan II tampak mengkhawatirkan.
“Indikator ini mengkhawatirkan. Kita harus melakukan perubahan radikal atau fundamental untuk memperbaiki kinerja PTPN Gula”, tegas Betta.
Ketua Umum FSPBUN, Tuhu Bangun mengatakan pihaknya merasa perlu membentuk Tim Pengawalan Regrouping Pabrik Gula BUMN sebagai sebuah metode untuk mengawal dan menyesuaikan sistem dan regulasi yang ada. Ia menegaskan, Tim dibentuk untuk menghasilkan perubahan yang terukur, tidak menimbulkan multi efek, dan mengarah kepada kebaikan tanpa masalah baru.
“Perusahan BUMN Perkebunan yang sebagian besar berasal dari nasionalisasi perusahaan Belanda, harus diakui belum banyak perubahan besar yang terjadi, terutama soal budaya kerja. Mari kita berubah dan kita kawal perubahan ini. Teman-teman di gula sudah lama menunggu adanya perubahan dan sudah mulai jenuh dengan kondisi yang ada”.
Sementara itu, Direktur SDM dan Umum Holding PTPN Group, Seger Budiarjo menyatakan apresiasinya atas kepedulian FSBUN. “Kita adalah satu keluarga yang saling mengisi dan memperkuat. Kita saling merasakan. Kalau ada yang sakit, ikut merasakan, berusaha membantu. Minimal mendoakan”, katanya.
Seger Budiarjo juga mengatakan perkembangan teknologi dan budaya saat ini sudah berbeda, sehingga harus diikuti dengan perubahan. Lebih lanjut Seger menambahkan bahwa PTPN kalau dilihat sejarahnya telah beberapa kali mengalami transformasi.
Diskusi yang dimoderatori Tio Handoko, Ketua Umum SPBUN PTPN III (Persero) yang juga Anggota Majelis Pertimbangan Organisasi FSPBUN itu, membedah pentingnya perubahan tata kelola secara umum.
Dalam konteks tata kelola ini, antar pabrik gulanya dalam holding sangat dibutuhkan sinergi untuk saling mengisi.
"Sinergi antar PTPN untuk ketersediaan bahan baku harus dirumuskan. Jangan sampai ada PG yang kekurangan bahan baku, sementara yang lain overload. Juga upaya pembinaan dan pendekatan kepada petani terus dilakukan dengan koordinasi yang baik antar PTPN yang berdekatan, sehingga tidak terjadi persaingan yang tidak sehat,” demikian salah satu hasil diskusi yang disimpulkan.
Bahkan, jika dipandang perlu, beberapa PTPN yang memiliki lahan HGU dengan komoditas tertentu yang kurang memiliki prospek ke depan, sebaiknya dikonversi ke tanaman tebu.
Hasil diskusi itu dituangkan dalam “Resolusi Wonosari” yang berisi tiga poin. Yakni, SPBUN PTPN Gula bertekad melahirkan satu entitas baru dan meminta PTPN III (Persero) sebagai Holding untuk mempercepat penyatuan menjadi satu korporasi.
Kedua, bila resolusi ini diterima, forum berharap agar SPBUN/FSPBUN dapat dilibatkan dalam penyusunan program transformasi dan restrukturisasi yang dilakukan. Dan ketiga, dalam implementasinya tetap memandang keseimbangan, keadilan dan kebersamaan serta harapan keberlanjutan, terutama bagi keberlanjutan kesejahteraan karyawan. (rls)
Editor: Harian Momentum