MOMENTUM, Bandarlampung--Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), dalang dimaknai sebagai orang yang memainkan wayang.
Keahliannya dalam mengarang, mengatur, hingga penuturan cerita saat pertunjukan sangat menarik bagi penonton.
Hingga tak heran, saya yang bukan orang Jawa bisa mengagumi sosok Almarhum Ki Enthus Susmono. Dalang kondang asal Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah.
Saat beraksi di atas panggung, karismanya mampu menyihir ribuan penonton. Hal itu saya rasakan setelah sempat beberapa kali mengikutinya manggung di Lampung, dua tahun lalu.
Namun, dalam tulisan kali ini saya tidak akan mengulas tentang Ki Enthus. Saya justru lebih tertarik dengan dua dalang di Lampung yang tiba- tiba menjadi tersohor belakangan ini.
Mereka adalah Handoko dan Endang. Keduanya merupakan dalang dibalik pembunuhan pasangannya masing- masing.
Sebelum kasusnya berhasil diungkap polisi, Handoko bahkan sempat berpura- pura syok dan menangis. Dia terlihat begitu terpukul atas musibah yang menimpa istrinya, Anis Suningsih.
Anis yang diduga sebagai korban pembegalan ditemukan tergeletak bersimbah darah di areal perkebunan jagung, di Desa Sindang Sari, Tanjungbintang, Lampung Selatan.
Belakangan terungkap. Ternyata Handoko-lah yang membunuh istrinya. Bahkan dia juga yang mendalangi kasus berkedok “begal palsu” itu dengan dibantu dua rekannya.
Usut- punya usut, dia tega membunuh istrinya karena sering berselisih paham. Anis tidak terima jika Handoko punya istri muda. Edan!
Pun begitu dengan Endang. Kisahnya hampir sama dengan kasus begal palsu yang dimainkan Handoko. Endang yang kepincut dengan pria idaman lain menyusun skenario untuk menghabisi suaminya, Agus.
Drama itu bermula saat Agus mengendus asmara liar istrinya bersama lelaki berinisial K. Agus yang merasa dikhianati Endang tentu menaruh dendam kepada K.
Singkat cerita, Dedi yang merupakan tetangga Agus di Desa Tugusari Kabupaten Pesawaran menawarkan jasa. Dia bersedia membantu Agus untuk menghabisi K.
Perundingan pun dimulai. Selasa dinihari Dedi mengajak Agus menuju area pabrik roti di Desa Haduyang, Natar, Lampung Selatan.
Di tempat itu, mereka akan menghabisi K yang katanya sudah janjian untuk bertemu dengan Edang, istri Agus. Sialnya, saat tiba di lokasi justru Agus yang dihabisi oleh Dedi.
Rupanya skenario untuk menghabisi K adalah tipu muslihatnya. Bersama Endang, Dedi telah menyusun rencana membunuh Agus.
Mencermati kedua cerita yang dilatarbelakangi kisah asmara itu, saya menarik kesimpulan untuk memberi judul tulisan ini; “Dalang Asmara”. Itu saja, tabikpun. (*)
Editor: Harian Momentum