MOMENTUM, Bandarlampung--Kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua memberondong dua mobil patroli Satuan Tugas (Satgas) Amole, pasukan pengamanan objek vital area pertambangan PT Freeport Indonesia, Sabtu (11-4-2020).
Insiden itu terjadi di Mile 61, Jalan Tambah PT Freeport Indonesia, Distrik Tembagapura, Mimika, Papua. Ketika itu, dua mobil patroli Satgas Amole mengantar logistik ke pos-pos pengamanan. Akibat tembakan tersebut, kaca pintu kanan dan kaca pintu belakang mobil pecah, serta terdapat beberapa bekas tembakan di bagian kendaraan lainnya. Seorang anggota Brimob Polda Lampung, Briptu Wawan terkena serpihan kaca.
Sebelumnya, Kepolisian Daerah (Polda) Papua menembak mati dua anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang diduga menembak pekerja PT Freeport Indonesia pada 30 Maret lalu.
Kabid Humas Polda Papua, Ahmad Mustofa Kamal, melalui keterangan resmi menyampaikan bahwa Bertempat di jalan Trans Nabire, Kampung Jayanti, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika telah dilakukan penindakan tegas terhadap KKB yang melakukan penembakan di kantor OB 1 kompleks PT.FI di Kuala Kencana. Polisi menetapkan seorang warga berinisial IS yang diamankan saat penyergapan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Iwaka, Mimika sebagai tersangka. IS ditangkap aparat TNI-Polri saat baku tembak antara aparat dengan KKB pecah di Timika, Papua.
Dari hasil pemeriksaan oleh penyidik, IS adalah pemilik dari rumah yang ditempati oleh KKB di mana rumah tersebut menjadi tempat persembunyian KKB yang sebelumnya melakukan penembakan di Kantor OB 1 Kuala Kencana Mimika tanggal 30 Maret 2020.
Di rumah itulah ditemukan barang bukti berupa amunisi, senjata rakitan, dan beberapa senjata tajam yang dari hasil keterangan IS adalah milik KKB yang tinggal di rumahnya.
Di jalan Trans Nabire, Kampung Jayanti, Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, Papua terjadi kontak tembak menyebabkan dua orang anggota KKB pelaku penembakan terhadap pekerja PT. Freeport di Kuala Kencana tewas dalam kontak senjata tersebut. Aparat gabungan berhasil menyita 1 pucuk airsoft gun, 1 senjata rakitan, 162 butir amunisi, 10 selongsong peluru, 20 ponsel, dua HT, 3 bendera bintang kejora, 3 kapak, 3 busur panah, 90 anak panah, 11 parang, 7 senapan angin, dan 11 potongan senapan angin.
Di tempat yang sangat jauh dari Papua, Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang tergabung dalam Kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) mengajukan gencatan senjata kepada Pemerintah Indonesia. Ajakan gencatan senjata ini dilakukan seiring dengan perkembangan kasus Covid-19 yang terjadi di beberapa wilayah di Papua.
Sebby menyatakan pihaknya tak langsung menyampaikan ajakan gencatan senjata ini kepada pihak Indonesia. Alasannya, kata dia, Indonesia adalah musuh dan tak elok jika pihaknya bertemu hanya untuk menyampaikan pesan tersebut.
Aksi brutal KKB Papua juga mendapat kecaman dari Dubes Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya. Dubes menyatakan bahwa KKB Papua selama ini kerap berdalih bahwa serangan yang mereka lakukan ditujukan kepada aparat bersenjata. Namun dalam kenyataannya tidak sedikit masyarakat sipil yang menjadi korban jiwa.
Sementara itu, Jeffrey Bomanak, ketua OPM-TPNPB mengatakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan sayap militernya TPNPB buka suara terkait pandemi virus corona yang saat ini mewabah di Indonesia. Penyebaran virus itu membuat OPM meminta Presiden Joko Widodo untuk menarik pasukan TNI-Polri di Papua. OPM-TPNPB berharap komunitas internasional mematuhi hukum humaniter internasional. Terutama dalam menghadapi wabah Covid-19. Jeffrey juga meminta Presiden Jokowi agar segera membebaskan semua tahanan politik Papua barat. Dia mengutip pernyataan kepala Hak Asasi Manusia PBB meminta tahanan politik dibebaskan.
Lucu
Serangkaian aksi kriminal yang dilakukan KKB alias TPN-OPM alias kelompok separatis di Papua jelas merupakan upaya mereka untuk menunjukkan eksistensinya, walaupun mereka kurang menyadari bahwa tindakan tersebut sarat pelanggaran HAM.
Sementara itu, ditengah serangan brutal dan membabi buta TPN-OPM di Papua, adalah sangat lucu jika Jubir mereka yaitu Sebby Sanbom yang tidak berani tinggal di Papua dan Jeffrey Bomanak, yang mengaku berpangkat Letjen meminta gencatan senjata akibat mewabahnya Covid-19 di Papua.
Jelas hal ini menunjukkan organisasi separatis tersebut tidak ada koordinasi, tidak ada sinergi dan tidak ada komunikasi diantara organ mereka sendiri. Inilah menyebabkan tidak perlu gencatan senjata dengan OPM, karena tidak ada pemerintah dimanapun mau berunding dengan kelompok pemberontak, kecuali ada tekanan asing dan pemerintah yang bersangkutan takut pada tekanan asing.
Sekali lagi, pilihannya bagi TPN-OPM adalah menyerah kepada TNI dan Polri serta berjanji setia kepada NKRI untuk selamanya, sehingga ada kemungkinan mereka akan mendapatkan abolisi dari Presiden. Jika Indonesia menerima gencatan senjata dengan TPN-OPM maka hal tersebut merupakan blunder konyol yang akan dicatat dalam sejarah bangsa ini.(**)
Oleh: Blasius Filipus TA, penulis adalah pemerhati masalah Papua.
Editor: Harian Momentum