Tidak Ada Libur Bagi BPBD, Meski di Tengah Situasi Pandemi

img
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Bandarlampung, Sutarno.

MOMENTUM, Bandarlampung--Pandemi Corona virus desease atau Covid-19 merupakan bencana mematikan sepanjang tahun 2020. Betapa tidak? Ada 201 jiwa di Bandarlampung yang meninggal dunia akibat terpapar virus Covid-19. 

Kendati demikian, di tengah situasi seperti itu, banyak pihak yang harus bekerja lebih keras karena menjadi garda terdepan. Salah satunya adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandarlampung.

Harianmomentum.com menemui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Bandarlampung, Sutarno di kantornya. 

Siang itu, Senin (1-2-2021), Kantor BPBD Bandarlampung diguyur hujan ringan. Dari balik masker oranye yang dikenakan, Sutarno bercerita perihal waktu istirahat yang harus dikorbankan untuk bertugas pada masa pandemi. 

Dia berkata, hanya menghabiskan enam sampai delapan jam di rumah. Itu dilakukannya setiap hari, termasuk akhir pekan.

“Kita selalu siaga, tidak ada libur,” ujarnya.

Selama masa pandemi, para petugas BPBD Bandarlampung bekerja lebih keras daripada biasa. Tidak heran jika ada petugas yang tumbang karena kelelahan. Banyak yang terindikasi positif Covid-19 saat menjalani rapid test. Namun, setelah 14 hari dinyatakan sembuh, mereka kembali bertugas.

Sebagai antisipasi, BPBD Bandarlampung rutin menyuplai vitamin untuk petugasnya. Kemudian, menaati protokol kesehatan (prokes) merupakan keharusan bagi mereka. “Kita juga menganjurkan istirahat, walau cuma sebentar,” tambah Sutarno.

Selama bertugas, minimnya informasi dari masyarakat merupakan kendala terbesar. Bukan hanya terkait pandemi, tapi juga bencana lainnya.

“Kita ini kan bukan dewa yang bisa tahu semuanya. Sehingga diharapkan masyarakat untuk proaktif,” katanya.

Jika masyarakat sudah melaporkan kejadian bencana, maka Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD akan melakukan kajian cepat bencana. Dari penyebab dan dampak yang dikaji, maka diperoleh informasi mengenai tindakan yang dibutuhkan.

“Misalnya, butuh alat apa aja atau butuh personel berapa. Nanti langsung ditindak lanjuti,” kata Sutano.

Meski menemui kendala, tekad Sutarno untuk mengabdikan diri tidak pernah surut. Pria berkulit sawo matang itu, sudah 35 tahun berkecimpung dalam kebencanaan. Baginya, pengabdian sudah menyatu dengan jiwanya. Walau demikian, dia tetap tidak abai terhadap dirinya sendiri.

“Jangan sampai kita membantu orang lain tapi kita mengabaikan kesehatan sendiri,” ujarnya. (*)

Laporan: Ashri Fadilla

Editor: M Furqon.






Editor: Harian Momentum





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos