MOMENTUM, Bandarlampung--Presentasi Manajer PTPN VII Unit Rejosari-Pematangkiwah M. Syafe’i Ritonga apresiasi Komisaris Utama PTPN VII Nurhidayat.
Presentasi itu menyampaikan tentang inovasi sederhana pada komoditas kelapa sawit dan dua di pabrik karet yang dilaporkan dapat menghemat lebih Rp143 juta.
Penilaian positif itu disampaikan Nurhidayat saat meninjau kebun kelapa sawit di Unit Repa (sebutan singkat Rejosari-Pematangkiwah), Rabu (3-11-2021).
Seperti kunjungan hari sebelumnya, Nurhidayat didampingi Komisari R. Wiwin Istanti, Direktur PTPN VII Ryanto Wisnuardhy, SEVP Ops. I Budi Susilo, SEVP Ops. II Dicky Tjahyono.
Turut hadir, Sekretaris Perusahaan Bambang Hartawan, Kabag Tanaman Wiyoso dan Kabag SPI Ary Askari. Juga, para manajer Unit PTPN VII. Yakni, Supomo, Manajer Unit Bekri dan Manajer Unit Padangratu Ilfendri yang didampingi beberapa staf.
Dikemas dalam rapat informal, Nurhidayat memberi catatan khusus kepada Unit Repa yang telah melakukan beberapa prakarsa inovasi. Meskipun dalam format sederhana, inovasi yang dilakukan Unit Repa, kata dia, harus menginspirasi unit lain untuk melakukan hal yang sama.
“Saya sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Pak Syafe’i dan tim di Unit Repa ini. Prakarsa sederhana, tetapi saya yakin lahir dari niat baik dan tulus untuk memperbaiki keadaan. Ini harus menginspirasi semua unit, bahwa dengan keterbatasan yang ada, kita masih bisa,” kata mantan Direktur Tanaman Tahunan PTPN III Holding ini.
Beberapa yang disebut sebagai inspirasi inovasi yang dilakukan Unit Repa antara lain proses regrooving roller creeper (rekondisi silinder pada pabrik karet). Selama 2021, Pabrik Karet SIR milik Unit Repa harus memperbaiki delapan unit dengan nilai Rp17 juta per unit. Dengan perbaikan yang dilakukan oleh karyawan sendiri, hanya butuh biaya Rp7 juta per unit. Dengan demikian, ada penghematan Rp85 juta selama 2021.
Ekspertasi inovasi seperti yang dilakukan Unit Repa ini diyakini Nurhidayat juga dimiliki oleh Unit lain. Sebab, kata dia, latar belakang pendidikan dan kompetensi yang didapat dari pengalaman dari karyawan PTPN VII sangat memadai.
“Saya sangat yakin, kita punya aset itu, baik soft skill maupun hard skill. Karyawan kita ini latar belakang pendidikannya bagus semua dan dilatih oleh pengalaman yang sangat baik. Demikian juga dengan fasilitas di semua unit kita, sebenarnya sangat cukup. Tinggal niat baik dan mau tidaknya,” kata dia.
Tentang kinerja PTPN VII Unit Repa, Nurhidayat menyatakan ada potensi yang bisa dimaksimalkan ke depan. Dia juga mengapresiasi peningkatan produksi dan produktivitas yang dicapai di Unit yang berada di Kabupaten Lampung Selatan ini.
“Kita boleh bangga dengan pencapaian ini, tetapi jangan terlena. Angka-angka yang ditampilkan ini didukung oleh atmosfer usaha yang kondusif. Ke depan, tantangan kita masih berat. Tolong tingkatkan terus utilitas aset, terutama pabrik agar lebih maksimal,” kata dia.
Pada paparannya, M. Syafe’i Ritonga mengaku memulai memimpin unit ini dalam kondisi kebun yang kurang terawat. Dengan dukungan manajemen Kantor Direksi yang menyediakan pendanaan yang cukup dan fasilitas memadai, ia bersama tim mengajalankan program operational excellence.
“Dengan dukungan Kandir, baik pendanaan, fasilitas, terlebih pemenuhan hak-hak karyawan, alhamdulillah kinerja kami membaik. Hingga saat ini Unit Repa telah mencatatkan laba postif dan akan diupayakan optimalisasi peraihan laba hingga akhir tahun,” kata dia.
Apresiasi yang sama disampaikan Direktur PTPN VII Ryanto Wisnuardhy kepada Unit Repa. Mendengar paparan M. Syafe’i Ritonga, Chief Ryan meminta semua unit memiliki workshop yang bisa memberi nilai tambah kepada unitnya. Kreativitas dari karyawan harus diakomodasi agar bisa meninggalkan legacy atau warisan nama baik di masing-masing unit kerjanya, ujarnya.
“Bengkel atau workshop di Pabrik Karet Repa ini harus menjadi contoh, menjadi role model. Ke depan, kita harus ciptakan workshop- workshop di semua unit. Ekspertasi yang dimiliki Unit Repa harus menjadi inkubator inovasi di PTPN VII, meskipun sederhana,” kata dia. (*)
Editor: Nurjanah/Rls.
Editor: Harian Momentum