MOMENTUM, Bandarlampung--Puluhan petani tebu dan Sawit mitra PTPN VII dari Unit Cintamanis, Bungamayang dan Sumatera Selatan mengikuti sosialisasi program “Makmur” di Kantor Direksi PTPN VII Bandarlampung, Kamis (9-6-2022).
Program penyediaan pupuk yang diinisiasi PT Pupuk Indonesia Holding itu akan menjamin ketersediaan pupuk nonsubsidi dengan berbagai kemudahan dan insentif.
“Kami tertarik ikut program ini karena selama ini soal pupuk ini jadi kendala utama. Seringnya nggak ada barang. Udah itu, harganya mahal,” kata Aiman, salah satu peserta, petani tebu dari Ogan Ilir, Sumsel yang menjadi mitra PTPN VII Unit Cintamanis.
Hadir pada acara sosialisasi itu, SEVP Operation II PTPN VII Dicky Tjahyono dan beberapa Kepala Bagian. Sedangkan dari PT Pupuk Indonesia, yang memberikan materi program adalah Burmansyah.
Dalam sambutannya, Dicky Tjahyono menyatakan sangat mendukung program “Makmur” yang sebelumnya bernama program “Agrosolution” ini. Menurutnya, sinergi PT Pupuk Indonesia yang menggandeng PTPN Holding sebagai BUMN di bidang agro sangat strategis. Menurutnya, dengan program ini, PTPN VII bisa lebih intensif membangun kerjasama kemitraan dengan petani sekitar perusahaan.
“Saya kira ini sangat strategis. Kita di PTPN kan selain mengolah bahan baku milik sendiri juga membeli dari petani mitra. Nah, selama ini petani mitra baik tebu dan Sawit banyak kesulitan mendapatkan pupuk. Kalau ketersediaan pupuk untuk mereka terjamin, otomatis mutu tebu atau TBS yang dijual ke PTPN VII kan akan lebih baik juga,” kata dia.
Menurut Dicky, potensi untuk mengajak para petani dalam program “Makmur” ini sangat luas. Ia mencontohkan, petani tebu mitra PTPN di Unit Bungamayang sesungguhnya sangat besar. Namun, karena berbagai hal, saat ini hanya terjaring sedikit. “Dengan Makmur ini, semoga bisa diajak kembali,” kata dia.
Selain tanaman tebu, terus Dicky, PTPN VII juga menjadi tandem program pemerintah dalam Revitalisasi Kepala Sawit. Saat ini, kata dia, program revitalisasi sait sedang berjalan di Unit Sungai Niru dan Sungai Lengi. Dalam hal ini, Pemerintah membiayai replanting atau penanaman kembali kelapa sawit dan PTPN VII menjadi pendamping teknis budidayanya.
Dalam paparannya, Burmansyah menjelaskan program “Makmur” ini sebelumnya bernama Agrosolution dan dirintis sejak 2020. Program Makmur, kata dia, berbentuk pengawalan dan pendampingan intensif kepada petani dan budidaya pertanian lain yang didukung teknologi.
“Program ini merupakan bagian dari transformasi bisnis di Pupuk Indonesia yang berkomitmen untuk lebih mendekatkan diri kepada konsumen. Juga memperkenalkan produk-produk retail yang berkualitas kepada petani,” kata dia.
Burman mengatakan bahwa Program Makmur ini memberikan banyak manfaat. Antara lain, kenaikan produktivitas pertanian, kenaikan keuntungan petani, adopsi praktik pertanian unggul, dan penggunaan pupuk non subsidi untuk membantu kebutuhan petani.
Secara perinci, Program Makmur terdiri dari berbagai aspek yang membantu petani dan budidaya pertanian. Mulai dari pengelolaan budidaya tanaman berkelanjutan, informasi dan pendampingan budidaya pertanian, digital farming, dan mekanisme pertanian. Selanjutnya ada juga disiapkan akses permodalan dan perlindungan risiko pertanian serta adanya off taker atau jaminan pasar bagi petani.
“Program ini adalah kolaborasi dari multi stakeholder, mulai dari perbankan, produsen pupuk, penyedia agro input, sampai pemerintah daerah. Kami juga melibatkan PPL, asuransi, juga off taker, baik BUMN maupun swasta,” papar Burman.
Ia mengatakan, dari pelaksanaan selama ini, program ini juga telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas pada komoditas jagung dan padi yang masing-masing sebesar hingga 42% dan 34%. Begitu juga dari sisi keuntungan petani terjadi adanya kenaikan yaitu untuk petani jagung sebesar hingga 52% dan petani padi sebesar hingga 41%.
Burman menambahkan, Program Makmur telah diimplementasikan di seluruh Indonesia. Pada tahun 2021, target luasan lahan Program Makmur seluas 50 ribu hektare. Adapun, komoditas yang menjadi fokus dalam program ini mulai dari padi, jagung, cabai, kelapa sawit, singkong, kopi, lada, kakao, bawang merah, tebu, tembakau, nanas, dan manggis. Realisasi program Makmur hingga Juli 2021 tercatat luas tanam sudah mencapai 29.619 hektare dengan akuisisi petani tercatat 25.775 orang.
PT Pupuk Indonesia (Persero) menargetkan pada tahun 2022, total luasan tanam Program Makmur seluas 250 ribu hektare yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari capaian ini diharapkan penjualan pupuk non subsidi mencapai 125 ribu ton. “Bertahap akan naik target luasannya hingga tahun 2024 diharapkan bisa dicapai sejuta hektare dengan melibatkan empat juta petani,” kata dia.(**)
Editor: Agus Setyawan