Harianmomentum.com-- Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia menghadapi tantangan
yang tidak kecil.
Namun, di saat bersamaan patut
disyukuri pula bahwa sejauh ini masih banyak alasan untuk tetap optimistik.
Demikian
dikatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saat menyampaikan pandangannya
sebagai pembicara kunci dalam Breakfast
Meeting Prospek Ekonomi Indonesia 2018 di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (2/11) pagi.
Kegiatan yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu dihadiri
sekiatr 300 perserta dari kalangan pengusaha dan media.
Secara umum, kata JK, perekonomian Indonesia selalu berada di
tengah-tengah, termasuk saat krisis besar di tahun 1998 silam.
Beberapa tahun belakangan ini, setiap kali ada pertanyaan
mengenai pertumbuhan ekonomi yang tampak tersendat, masyarakat selalu mendengar
jawaban tentang pengaruh perekonomian global yang sedang lesu.
Misalnya, harga komoditas mengalami
penurunan, dan itu mempengaruhi pendapatan Indonesia dari sektor komoditas.
Namun sekarang, harga komoditas mengalami perbaikan dan
mendekati ke posisi harga sekitar empat tahun lalu.
"Dengan demikian, pendapatan dari sektor ini (di tahun
2018) akan mengalami kenaikan. Ini sebab mengapa kita bisa optimistik,"
ujar JK.
JK juga mengaitkan keterkaitan antara sistem politik dan
sistem ekonomi di dalam negeri. Di Jepang, misalnya, sistem ekonomi terpisah
dengan sistem politik. Jatuh bangun kabinet pemerintah tidak berpengaruh pada
sektor ekonomi.
Di Indonesia, kedua hal itu tidak sepenuhnya terpisah.
Dinamika politik memberikan pengaruh tertentu pada praktik ekonomi. Tetapi,
pengaruh itu pun tidak begitu membahayakan.
Praktik politik di Indonesia dapat dikatakan cair, kompetisi
politik hanya terjadi menjelang pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah.
Setelah itu, biasanya, partai-partai yang berseberangan bisa
bersatu kembali.
Ini berbeda dengan yang terjadi di Thailand atau Malaysia,
misalnya.
JK juga mengatakan, indeks kepercayaan usaha di Indonesia
juga mengalami kenaikan yang menggembirakan, kini berada pada posisi 70,
sementara sebelumnya di atas 100.
Di sisi lain, JK juga mengatakan, upaya meningkatkan
produktivitas perlu dimaksimalkan. Begitu juga dengan upaya mendorong konsumsi. (rmol)
Editor: Harian Momentum