Masih Ada Om Dedi

img
Muhammad Furqon

MOMENTUM -- Pemerintah kembali menaikkan cukai rokok, termasuk rokok elektrik. Tingkat kenaikannya bervariasi. Bergantung pada jenis produk rokoknya. Kenaikan cukai yang berlaku mulai 1 Januari 2023 itu, rata-rata 10 persen.

Kebijakan baru tersebut, berani bertaruh, tidak begitu mengejutkan para perokok. Sudah kebal. Apalagi, dalam setahun, bisa lebih dari satu kali, rokok merek tertenu ganti harga. Tentu, dengan harga yang lebih mahal.

Perokok akan terjingkat-jingkat seandainya ada rokok yang harganya turun. Ini baru kejutan. Bahkan bisa membuat mereka marah. Karena dianggap menurunkan gengsi: Kenapa rokok favoritnya harganya murah!

Bukti penyuka nikotin tak peduli dengan kenaikan harga rokok, salah satunya: Jumlah perokok terus bertambah. Artinya, kenaikan harga tak membuat perokok berhenti menyedot asap.

Baca Juga: Baznas dan Birahi Kekuasaan

Apakah perokok itu orang berpunya hingga rela membakar duit? Jelas tidak. Lha, penduduk negeri ini kan mayoritas kalangan menengah ke bawah. Berpendapatan pas-pasan hingga kurang mampu alias miskin.

Kalau begitu, bagaimana dengan salah satu alasan pemerintah menaikkan cukai rokok untuk menurunkan konsumsi rokok di kelompok masyarakat miskin?

Itu sih, hanya alasan biar terlihat manis saja. Tahu gak. Alasan itu yang hampir selalu digunakan pemerintah ketika menaikkan harga rokok. Alias, alasan yang kurang kreatif sepanjanag massa.

Bukti lain jumlah perokok tidak berkurang ketika rokok makin mahal. Lihat saja jumlah duit cukai yang diterima pemerintah. Setiap tahun terus meningkat.

Mau tahu jumlahnya. Ini, dari dari Kementerian Keuangan ya. Pada 2021, kas negara dari cukai rokok sebanyak Rp188,81 triliun! Tahun berikutnya naik 4,9 persen menjadi Rp198,02 triliun!

Bagi perokok terutama dari kalangan miskin, mungkin, ada yang senang karena bisa ikut menyumbang negara begitu besar. Lalu, sekalian saja berniat berderma saat beli rokok agar kelak dapat pahala.

Mungkin juga ada yang berangan-angan: Andai saja duit cukai rokok itu bisa menggratiskan biaya kesehatan dan sekolah anaknya. So, pasti, bukan hanya si miskin perokok yang bungah. Rakyat se-nusantara akan bersyukur.

Tetapi, mungkin juga banyak yang tak peduli dan tetap dengan dada terbusung menghadapinya. Karena masih ada Om Dedi. Rekan sekantor yang kreatif menawarkan rokok dengan harga terjangkau karena tak tega melihat mulut temannya asam tak beasap.
Tabik.






Editor: Muhammad Furqon





Berita Terkait

Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos