Badak Sumatera Terancam Punah?

img
Penangkaran badan sumatera di Way Kambas. Foto. Ist.

MOMENTUM -- Sadarkah Anda bahwa Indonesia adalah satu-satunya dari tiga negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi? Brasil dan Zaire adalah dua negara lainnya. Namun, dibandingkan dengan Brasil dan Zaire, Indonesia memiliki kelompok etnis yang lebih berbeda. Keunikannya adalah di samping memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, dan Indonesia memiliki kawasan Indonesia yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan peralihannya. Selain itu, terdapat banyak hewan dan tumbuhan endemik dan langka di Indonesia (penyebaran terbatas).

Langkah mengambil untuk melindungi gen, spesies, habitat, atau ekosistem berarti menyelamatkan kelestarian hayati. Karena itu, hayati ekologi dikatakan pula mencegah penurunannya ekosistem alam yang utama, mengelola, dan melindunginya secara efektif. Disadari atau tidak bahwa keanekaragaman hayati (flora, fauna, jasad renik/mikro-organisme) merupakan pusat dari berbagai sektor yang penting untuk kehidupan manusia (bioprospecting).

Indonesia adalah negara dengan cakupan luas yang luas, termasuk yang sempit hingga, luas, datar, berbukit, dan tinggi, dengan banyak flora, fauna, dan mikroba yang hidup harmonis di sana. Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis dan penting dari segi kekayaan dan jenis tumbuhan yang dipadukan dengan ekosistem.

Statistik dari IBSAP (2003) menunjukkan bahwa terdapat 38.000 jenis tumbuhan (55% endemik) di Indonesia, sedangkan untuk tumbuhan bertulang belakang terdapat 515 jenis hewan menyusui (39% endemik), 511 jenis hewan menyusui, dan 511.

Selanjutnya, mari kita lihat fauna Indonesia. Hewan hewan Indonesia datang dalam dua varietas: Oriental (Kawasan Barat Indonesia) dan Australia (Kawasan Timur Indonesia), serta peralihan. Hewan-hewan di wilayah Indonesia Barat (Oriental) yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Ada banyak spesies mamalia besar, termasuk gajah, banteng, harimau, dan badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, jika tidak sama sekali tidak ada.

Sejarah

Keluarga badak berambut termasuk badak sumatra, juga dikenal sebagai badak berambut atau badak Asia bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis), yang merupakan salah satu dari empat spesies yang lebih mematikan. Satu-satunya spesies Dicerorhinus yang asli Sumatera adalah badak. Meskipun terdapat sejumlah besar mamalia besar, spesies ini termasuk dalam kategori badak yang lebih kecil. Dengan panjang seluruh tubuh dan kepala 2,36-3,18 m, serta panjang ekor 35-70 cm, tingginya 112-145 cm sampai pundak.

Meskipun salah satu catatan menyebutkan seekor ular dengan berat maksimum 2.000 kg, berat sebenarnya diperkirakan berkisar antara 500 sampai 1.000 kg, dengan perbandingan 700 sampai 800 kg. Mirip dengan spesies badak Afrika, badak Sumatera memiliki dua cula; yang lebih besar dari keduanya adalah cula pada hidung, yang biasanya panjangnya 15 sampai 25 cm, sedangkan cula lainnya biasanya berupa manik-manik seperti pangkal.

Ada tiga varietas badak Sumatera:

D. s. sumatrensis, juga dikenal sebagai badak sumatra barat, terdiri dari 75 hingga 85 individu, yang sebagian besar berlokasi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Gunung Leuser di Sumatera. Namun, ada sebagian kecil yang merambah ke Taman Nasional Way Kambas.

D. S. Harrissoni, yang juga dikenal sebagai badak sumatra timur atau badak kalimantan, dikatakan hanya tinggal di 10 ekor pulau pada saat penulisan.

D.s. lasiotis, yang dikenal sebagai badak sumatera utara atau badak chittagong, pernah menghuni India dan Bangladesh, namun telah dinyatakan punah di negara-negara tersebut.

Undang-Undang Yang Mengatur Terkait Satwa Yang di Lindungi

Perdagangan satwa liar yang dilindungi undang-ndang terjadi dengan terbuka di sejumlah tempat. Satwa-satwa langka yang dilindungi sangat mudah ditemukan terjual di pasar pasar. Seperti badak sumatera, pada perkara ini undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya telah tegas melarang kegiatan-kegiatan tersebut. Badak sumatera termasuk satwa liar yang di lindungi oleh undang-undang, dan  juga telah tertera pada PP No. 7 tahun 1999, dan ada ketentuan dalam undang-undang No. 5 tahun 1990.

Status Konservasi Badak

Populasi badak sumatera saat ini hanya diperkirakan dengan jumlah lebih kurang 100 individu di seluruh Sumatera. Badak Sumatera terasuk ke dalam hewan yang dilindungi oleh CITES dan masuk edalam Appendiks I yang di implementasikan kedalam Undang-undang No. 5 tahn 1990 mengenai Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang dijelaskan pada pasal 21 ayat (2) huruf a dan b.

Namun efektifitas pada CITES masih lemah dalam menjerat pelaku pelaku perburuan dan perdagangan terhadap tumbuhan dan satwa liar erutama terhadap satwa liar jenis badak sumetera yang pengaturan CITES nya masih belum tegas.

Penyebaran Badak Sumatera di Indonesia

Badak Sumatera tinggal di rawa, pegunungan, dan hutan hujan untuk waktu yang singkat baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Badak tersebut tersebar di daerah perbukitan yang dekat dengan udara, terutama di daerah di atas lembah-lembah yang ditumbuhi banyak semak belukar.

Badak Sumatra kadang-kadang meledak secara kesinambungan sejauh Bangladesh, Birma, dan India selatan. Laporan yang belum dikonfirmasi juga mengklaim bahwa badak tersebut sebelumnya telah menyeberang ke Kamboja, Laos, dan Vietnam.

Badak sumatra tersebar secara luas, jauh melebihi badak Asia lainnya, sehingga menyulitkan para aktivis atau ahli konservasi untuk melindungi spesies ini secara efektif.  Hanya lima daerah yang diketahui dihuni badak sumatra: Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Gunung Leuser, dan Taman Nasional Way Kambas di Sumatra; di Pulau Kalimantan berada di Lembah Danum (Sabah, Malaysia) dan di sebelah barat Samarinda (Indonesia).

Pentingnya Menjaga Kelestarian Badak

Badak Sumatera ini dianggap simbol atau spesies yang menarik karena spesies ini hanya satu-satunya yang tersisa dari genus Dicerorhinus dan termasuk salah satu dari lima spesies badak yang masih lestari di dunia. Semua pihak dan elemen masyarakat diminta untuk terus peduli dengan keberlangsungan ekosistem alami di alam demi kepentingan dan keberlangsungan hidup yang lebih baik di masa jangka panjang.

Wiratno menegaskan, selain satwa endemik Indonesia yaitu Badak Sumatera ini merupakan hewan langka dan simbol dari negara, populasi satwa yang satu ini memang sangat mengkhawatirkan di alamnya. Ternyata berdasarkan beberapa informasi memperkirakan jumlah Badak Sumatra di alam sungguh mengkhawatirkan karena merosot menjadi kurang dari 100 ekor atau bahkan di bawah jumlah 80 ekor saat ini.

Oleh sebab itulah, IUCN menetapkan bahwa Badak Sumatera saat ini masuk dalam kategori konservasi terancam kritis. Jika hal ini tidak ditangani dengan baik secara bersama, maka tak urung populasi Badak Sumatera ini juga dapat terancam punah menyusul spesies dari genus Dicerirhinus lainnya.

Alasan lainnya kita perlu menjaga kelestarian dan populasi Badak Sumatera adalah selain karena statusnya yang kritis, satwa yang suka mengonsumsi pucuk-pucuk daun muda ini juga berfungsi untuk meregenerasi hutan. Pucuk-pucuk daun muda tersebut dapat tumbuh menjadi daun-daun muda yang baru dari daun yang telah dimakannya.

Tidak hanya itu, karena jangkauan jalan badak terbilang jauh, badak juga merupakan agen penyebar benih melalui biji-biji hutan yang melekat ditubuhnya. Selain itu, badak membuka jalan rintisan dari vegetasi tebah untuk satwa liar yang lainnya.

Faktor Yang Mempengaruhi Kepunahan Badak Sumatera

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan salah satu dari 5 spesies badak di dunia yang hampir mengalami kepunahan. Saat ini, badak Sumatera hanya bisa ditemukan dikedalaman hutan hujan tropis pulau Sumatera.

Pada Tahun 2015, berdasarkan hasil pertemuan PVA (Poppulation Viability Analysis) Badak Sumatera, diketahui bahwa jumlah individu badak Sumatera di dunia adalah kurang dari 100 individu.

Beberapa penyebab penurunan populasi badak Sumatera di alam antara lain adalah perburuan, kehilangan habitat, bencana alam, tidak mampu berkembang biak (intrinsik), perubahan iklim, serta adanya spesies invasif.

Suaka Rhino Sumatera (SRS) merupakan salah tempat penangkaran badak Sumatera di dunia yang dibangun sejak tahun 1996. Misi utama SRS adalah sebagai salah satu breeding centre badak sumatera dengan upaya pengembangbiakan yang intensif.

Penangkaran ini terletak di dalam kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas dengan luas sekitar 100 Ha. SRS memiliki habitat semi in situ dengan topografi, vegetasi, dan juga pakan alami yang dibuat sesuai dengan habitat badak Sumatera. Saat ini SRS memiliki 7 ekor badak dengan perbandingan 4 ekor jantan dan 3 ekor betina.

Minimnya dukungan politik pemerintah serta kurangnya upaya konservasi di habitat badak yang dilakukan kelompok masyarakat menjadi penyebab lainnya kepunahan badak di dunia. “Ini masih ditambah dengan makin tingginya permintaan cula badak meningkatkan perburuan badak.

Penanggulangan Kepunahan Badak Sumatera

Langkanya populasi badak sumatra ini sudah menjadi perhatian banyak pihak yang berupaya untuk menyelamatkan agar populasi badak ini tetap ada dan terus bertambah. Salah satu upaya pemerintah dalam melindungi satwa ini adalah melakukan konservasi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang terletak di Kabupaten Tanggamus. (*)


Penulis: Devi Mustika Wati dan Rusita






Editor: Muhammad Furqon





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos