Oleh Stanislaus Riyanta *)
SEKTOR bisnis memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap pengaruh politik. Dinamika dan aktifitas politik yang mempuyai ketidakpastian menjadi salah aspek yang benar-benar diperhatikan dan menjadi salah satu indikator sektor bisnis dalam menjalankan usahanya.
Tahun 2018 Indonesia akan menyelenggarakan Pilkada Serentak
pada 171 daerah dan pada tahun 2019 Indonesia akan menyelenggarakan Pilpres.
Bagaimana dampak tahun politik tersebut bagi sektor bisnis, dan bagaimana
strategi yang harus disiapkan agar sektor bisnis tetap menjalankan aktivitasnya
secara berkelanjutan?
Pilkada DKI Jakarta pada 2017 menjadi salah satu aktivitas
politik yang menjadi perhatian besar sektor bisnis. Polarisasi massa akibat isu
agama yang terjadi pada Pilkada DKI membuat sektor bisnis di Jakarta khawatir.
Bagi sektor bisnis, faktor keamanan dan stabilitas sangat penting mengingat isu
inilah yang menjadi salah satu indikator bagi keputusan bisnis. Pilkada DKI Jakarta
2017 yang cukup panas membuat kekhawatiran akan terjadinya konflik sosial dan
gangguan keamanan cukup beralasan.
Hal lain yang membuat sektor bisnis di Jakarta khawatir pada
saat itu adalah keterbatasan aparat keamanan yang fokus pada kegiatan Pilkada.
Kegiatan pengamanan di masing-masing instalasi bisnis hanya dilakukan oleh
satuan pengamanan perusahaan. Namun dengan kerja keras aparat keamanan terutama
Polri dan TNI, Pilkada DKI Jakarta 2017 akhirnya berakhir dengan aman dan
kondusif.
Skenario
Menghadapi tahun politik dengan ketidakpastian yang tinggi,
maka yang perlu disiapkan oleh sektor bisnis adalah menyiapkan strategi untuk
berbagai situasi yang akan terjadi. Sektor bisnis sebaiknya memahami atas
skenario yang akan dihadapi pada tahun politik 2018 dan 2019.
Skenario pertama adalah optimistis. Dalam skenario ini tahun
politik dengan kegiatan Pilkada dan Pilpres dapat berjalan dengan aman dan
kondusif. Pilkada dan Pilpres berlangsung secara demokratis dan diterima oleh
seluruh masyarakat. Pemenang pemilu dapat dilantik dengan lancar.
Skenario kedua adalah transformatif. Skenario ini
menggambarkan ada dinamika yang perlu perhatian terkait penyelenggaraan Pilkada
dan Pilpres. Pemerintah dan aparat keamanan bekerja keras untuk menangani dinamika
ini. Masyarakat pro aktif membantu pemerintah untuk mengembalikan situasi agar
kembalil menjadi kondusif. Meskipun ada dinamika tertentu namun Pilkada dan
atau Pilpres dapat berakhir dengan kondusif dan pemenangnya dapat dilantik.
Skenario ketiga adalah pesimistis. Terjadi gangguan terhadap
Pilkada dan Pilpres. Meskipun sudah berusaha untuk melakukan penanganan,
pemerintah, penyelenggara pemilu dan aparat keamanan tidak mampu mengembalikan
situasi menjadi kondusif. Kondisi darurat ditetapkan dan pemulihan dilakukan
oleh negara agar situasi menjadi stabil.
Dari tiga pilihan skenario tersebut diperkirakan pada Pilkada
dan Pilpres nanti sebagian besar daerah akan terjadi skenario pertama dan ada
sebagian kecil yang mengalami skenario kedua.
Untuk skenario ketiga, melihat kesiapan pemerintah,
penyelenggara pemilu dan aparat keamanan maka diperkirakan tidak terjadi. Namun
diharapkan sektor bisnis tetap menyiapkan strategi jika skenario ketiga yang
terjadi. Prinsip untuk berbuat yang terbaik dan bersiap untuk kemungkinan yang
terburuk harus dilakukan olek sektor bisnis agar tidak terjadi situasi
ketidakpastian di dalam organisasi bisnis tersebut.
Strategi
Sektor bisnis harus menyiapkan strategi untuk menghadapi
dampak dari tahun politik 2018-2019. Strategi yang disiapkan disarankan sesuai
dengan skenario-skenario yang diperkirakan bisa terjadi, mulai dari skenario
optimistis, transformatif, hingga pesimistis. Untuk lebih memudahkan sektor
bisnis maka strategi yang harus disiapkan adalah untuk menghadapi kemungkinan
yang terburuk. Jika sektor bisnis siap dengan kemungkinan terburuk, maka jika
yang terjadi lebih baik dari skenario yang diperkirakan, sektor bisnis lebih
siap untuk menghadapinya.
Hal berbeda jika strategi yang disiapkan oleh sektor bisnis
adalah strategi untuk menhadapi skenario terbaik. Jika yang terjadi lebih buruk
maka diperlukan perubahan strategi yang cukup drastis bahkan sektor bisnis bisa
mengalami ketidaksiapan menghadapi skenario yang terjadi.
Asumsi skenario terburuk atau pesimistis harus ditanggapi oleh
sektor bisnis dengan beberapa langkah. Prunckun penulis buku Handbook of
Scientific Methods of Inquiry for Intelligence Analysis (2010), menyarankan
dalam menghadapi ancaman maka organisasi menyiapkan langkah-langkah yang
terdiri dari prevention, preparation, response, dan recovery.
Langkah prevention (pencegahan) dilakukan agar ancaman tidak
terjadi pada sektor bisnis. Untuk mewujudkan hal ini sektor bisnis sebaiknya
bersifat netral, tidak terlibat dalam politik praktis, dan tidak menggambarkan
sebagai kepentingan parpol atau kelompok tertentu. Netralitas sektor bisnis
sangat perlu untuk menunjukkan profesionalitas bisnis tanpa kepentingan politik
praktis.
Kedua adalah preparation, (persiapan). Pada tahap ini sektor
bisnis perlu melakukan beberapa persiapan untuk menhadapi ancaman gangguan
keamanan yang diperkirakan bisa terjadi pada tahun politik. Persiapan yang
paling penting adalah membangun jaringan untuk memperkuat pasokan informasi dan
keamanan. Sumber-sumber informasi yang mampu memberikan data sitasi terkini
perlu diajak kerja sama positif agar sektor bisnis tidak ketinggalan informasi
terkait situasi terbaru. Persiapan lainnya adalah menyiapkan SDM internal dalam
bidang pengamanan, memastikan bahwa infrastruktur dalam kondisi baik, dan
memastikan bahwa sistem tanggap darurat pada organisasi sudah teruji dan mampu
diaplikasikan dalam kondisi skenario terburuk.
Langkah ketiga adalah response. Tahapan ini adalah bagaimana
sektor bisnis melakukan tanggap darurat terhadap situasi yang terajadi. Jika
ancaman gangguan terkait sitausi tahun politik terjadi, maka sektor bisnis
harus mampu melakukan langkah-langkah tanggap darurat untuk menyelamatkan
asetnya sesuai dengan skala prioritas. Sektor bisnis juga perlu sepakat bahwa
aset paling penting adalah manusia, sehingga menyelamatkan karyawan adalah hal
utama yang harus dilakukan jika terjadi situasi terburuk pada tahun politik. Selanjutnya
adalah menyelamatkan aset-aset penting selain manusia. Sektor bisnis harus
memastikan bahwa situasi terburuk ditanggapi untuk memperkecil risiko yang akan
ditanggung oleh organisasi bisnis.
Langkah terakhir adalah recovery. Kondisi darurat setelah bisa
ditangani harus dipulihkan kembali. Sektor bisnis perlu memetakan kerugian yang
terjadi termasuk korbannya. Pemulihan harus dilakukan agar jika terjadi trauma
tidak terlalu berlarut-larut. Pemulihan hubungan dengan pihak lain yang mungkin
sempat tercederai karena aktivitas politik perlu dilakukan. Pemulihan dilakukan
secepatnya agar sektor bisnis bisa kembali produktif.
Kesimpulan
Ketidakpastian situasi dalam tahun politik harus diantisipasi
dengan strategi yang tepat. Sektor bisnis yang rawan terhadap situasi yang
tidak pasti harus mampu membaca skenario yang akan terjadi dan membuat strategi
untuk menghadapi skenario tersebut. Kesiapan menghadapi skenario terburuk
menjadi perisai bagi sektor bisnis untuk menghadapi ancaman dan gangguan
keamanan di tahun politik.
Daya tangkal terhadap ancaman gangguan keamanan harus terus
dipupuk dan diperkuat dengan menyiapkan SDM, infrastruktur, device, dan tidak
kalah penting adalah networking dengan pihak lain termasuk sektor bisnis
lainnya. Kekuatan sektor bisnis dalam satu kawasan atau wilayah yang masih
jarang dimanfaatkan karena faktor kompetisi harus mulai digalang untuk
menghadapi musuh bersama yaitu ketidakpastian dan ancaman gangguan keamanan. (*)
*) Stanislaus Riyanta, Praktisi Intelijen Bisnis, Mahasiswa
Doktoral Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia.
Editor: Harian Momentum