MOMENTUM, Bandarlampung--Universitas Malahayati Bandarlampung sedang dirundung ketegangan internal setelah adanya penolakan terhadap rektor baru yang hendak masuk ke lingkungan kampus.
Penolakan itu diduga akibat adanya dualisme di internal yayasan.
Menanggapi itu, Pengamat Pendidikan dari Universitas Lampung (Unila), Prof Undang Rosidin, menyimpulkan bahwa konflik tersebut merupakan persoalan yayasan yang berkaitan dengan masalah keluarga.
“Ini persoalan yayasan dengan permasalahan keluarga,” ujarnya, Selasa (8-4-2025).
Ia mengatakan, apabila sebuah yayasan mengedepankan prinsip profesionalisme, seharusnya pemilihan rektor dilakukan secara objektif.
Sebagai perbandingan, ia menyontohkan IBI Darmajaya yang juga dimiliki oleh yayasan keluarga, namun rektornya saat ini berasal dari pihak eksternal.
“Kalau memang dengan prinsip profesionalisme, sebenarnya yang saya ketahui di IBI Darmajaya itu yayasan keluarga tapi rektornya dari pihak eksternal, bukan keluarga,” jelasnya.
Karena itu, lanjut dia, konflik yang terjadi di Universitas Malahayati hendaknya tidak sampai mengganggu proses belajar mengajar di kampus.
“Saya berpikir, jangan sampai konflik internal ini mengganggu kenyamanan. Di situ ada mahasiswa, ada dosen yang benar-benar berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan. Jadi harus secara bijaksana mendamaikan antara dua kubu atau beberapa kubu yang berkonflik agar segera diselesaikan. Saya kira ini bisa diselesaikan seperti yang diharapkan,” tuturnya.
Akedemisi Unila itu menekankan pentingnya menjaga situasi internal yayasan agar tidak menimbulkan friksi atau gesekan yang merugikan dunia pendidikan.
“Saya kira yayasan itu sebaiknya tidak terlalu menunjukkan friksi di dalamnya, sehingga betul-betul harus kondusif soal keberadaan posisi rektor,” ungkapnya.
Ia menegaskan, posisi rektor seharusnya dipilih berdasarkan kompetensi dan profesionalisme, bukan karena kedekatan keluarga.
“Karena rektor itu pelaksana yang memimpin perguruan tinggi. Penunjukan rektor harus berdasarkan kompetensi dan kemampuan profesional, itu yang harus jadi tolak ukur. Jadi tidak lagi karena ada hubungan keluarga, penunjukan rektor harus dilakukan secara objektif tanpa intervensi apa pun,” pungkasnya.
Diketahui, Demo dua kekuatan massa terjadi di Universitas Malahayati, pada Senin (7-4-2025), saat dilakukan pelantikan Rektor baru. Unjuk rasa itu dari kelompok mahasiswa yang tak lama kemudian ratusan massa lain datang ke kampus Malahayati.
Konflik internal di Universitas Malahayati (Unimal) Bandarlampung, antara ayah dan anak kian memanas dan menyeret mahasiswa.
Berdasarkan informasi, sengketa itu bermula dari pengangkatan rektor baru Universitas Malahayati oleh H Rusli Bintang selaku pemilik Yayasan Alih Teknologi (Altek) dan memecat Dr. Muhammad Khadafi anggota DPR RI yang tak lain adalah anak dari pemilik yayasan. Rusli juga memecat saudara-saudara Khadafi dari pengurus Yayasan Altek.
Rusli Bintang telah menunjuk Ir. H. Musa Bintang, MM sebagai Ketua Umum Yayasan Alih Tekhnologi (ALTEK) Bandar Lampung berdasarkan Akta No. 4 tertanggal 4 November 2024 yang dibuat oleh Notaris Masita Hartati., SH, untuk melaksanakan segala kepengurusan Yayasan Alih Tekhnologi (ALTEK) Bandar Lampung tersebut.
Rusli Bintang melalui pengurus juga telah menunjuk Dr. Achmad Farich, sebagaimana Surat Keputusan No. 075/SK/ALTEK/X/2024 tertanggal 14 Oktober 2024 sebagai Rektor Universitas Malahayati Lampung untuk melaksanakan roda pendidikan pada Universitas Malahayati Lampung.
Rusli Bintang juga mengeluarkan keputusan untuk; Ruslan Junaedi, Elli Zuana, Maidayani terhitung sejak diterbitkannya Akta No. 243 tertanggal 17 Januari 2025 yang dibuat oleh Notaris Ifvan Mursito., SH.,M.Kn. terhadap nama-nama tersebut sudah tidak lagi menjadi bagian dari Pengurus Yayasan Alih Tekhnologi (ALTEK) Bandar Lampung.
Rusli Bintang juga menegaskan, istrinya bernama Hj.Rosnawati Syeh dan anak-anaknya tidak dibenarkan untuk turut andil di dalam struktur Yayasan Alih Tekhnologi (ALTEK) Bandar Lampung dan Universitas Malahayati Lampung baik dimasa saat ini maupun yang akan datang.
Sementara, Gubernur BEM Fakultas Ekonomi Universitas Malahayati, Agung Berlian, menyatakan sekitar 7.500 mahasiswa merasa terganggu dengan konflik keluarga tersebut.
“Kami mahasiswa menyuarakan perwakilan 7.500 mahasiswa yang terancam. Kasihan, mereka itu tulang punggung keluarga untuk memutus mata rantai kemiskinan,” ujarnya menyesalkan konflik keluarga tersebut.
Ia menegaskan, Mahasiswa tidak mau terlibat konflik. Mereka hanya ingin belajar dengan tenang. Tapi saat ini, akses ke rumah sakit terganggu, kampus juga tidak kondusif.
Agung menyampaikan, mahasiswa tetap netral dan hanya ingin situasi kampus kembali aman. "Mereka ingin belajar, tapi belakangan terganggu karena konflik keluarga yang berimbas pada proses akademik di Unimal," tandasnya. (**)
Editor: Agus Setyawan