Region Head PTPN I Regional 7: Hormati Karyawan Lini Lapangan

img
PTPN I Regional 7 memanfaatkan momen peringatan HUT Ke 80 Republik Indonesia untuk memberi penghargaan kepada pekerja lini lapangan dengan kinerja terbaik. Foto. Nurjanah.

MOMENTUM, Bandarlampung--PTPN I Regional 7 memanfaatkan momen peringatan HUT Ke 80 Republik Indonesia untuk memberi penghargaan kepada pekerja lini lapangan dengan kinerja terbaik. Digelar di Gedung Serba Guna Kolaboratif Komplek Perumahan PTPN I Regional 7 Bandar Lampung, Ahad (17/8/25), acara berlangsung hikmat tetapi tetap meriah. 

Tiga penyadap karet, masing-masing Supriyadi Atib (Kebun Way Lima, Lampung), Edi Irawan (Kebun Way Lima, Lampung), dan Yatin (Kebun Way Berulu, Lampung) tampil sebagai kampiun. Sedangkan Rukmawati ditetapkan sebagai juara kategori pemetik teh terbaik di Kebun Pagar Alam, Sumatera Selatan. Untuk kategori on farm (tanaman), Kebun Padang Pelawi tampil sebagai juara. Sedangkan kategori pabrik karet, pemenangnya adalah Pabrik Pematang Kiwah (untuk jenis SIR-20), dan Pabrik Kedaton (untuk jenis RSS).

Seluruh juara sudah berada di pentas untuk menerima hadiah. Selanjutnya, pembawa acara mengundang Region Head PTPN I Regional 7 Tuhu Bangun untuk hadir ke atas panggung untuk menyerahkan hadiah uang dan piagam penghargaan. Tuhu Bangun naik ke pentas dengan segera dan langsung menyalami para pejuang produksi yang datang dari lokasi cukup jauh itu. Tidak langsung menyerahkan hadiah, tetapi dia minta mikrofon kepada panitia.

"Mohon perhatian kita semua. Di hadapan kita ini adalah para pejuang produksi. Mereka setiap hari sejak subuh sudah ke kebun dalam gelap dan nyamuk yang ganas. Mereka nyadap karet, menunggu getah setetes demi setetes, mengumpulkan, lalu dijadikan bahan baku untuk dijual. Hari ini mereka pakai baju bagus, pakai sepatu, tetapi sehari-hari mereka pakai baju compang-camping dengan sepeda motor yang sudah protol sana protol sini. Saya ingatkan, baju bagus yang kita pakai saat ini adalah hasil jerih payah mereka," kata Tuhu Bangun dengan suara bergetar.

Seisi gedung hening. Tuhu Bangun melanjutkan orasinya. Ia sekali lagi mengingatkan agar setiap insan yang hidup dari perusahaan ini, dari PTPN I Regional 7, untuk terus menjaga sikap hormat kepada para penyadap, para pekerja lini lapangan. Sebab, kata dia, tanpa kerja keras dan keberanian orang-orang yang mengerjakan pekerjaan berat dan keras ini, tidak ada produk yang terkumpul untuk kemudian dijual menjadi modal kerja dan keuntungan perusahaan.

"Jangan pernah melihat seseorang dari penampilannya. Saudara-saudara kita inilah yang setiap hari membayar kita, membiaya hidup kita, mengumpulkan sedikit demi sedikit dari produksi sehingga terkumpul banyak. Dari satu helai dua helai daun teh, lalu diolah oleh saudara-sauadara kita di pabrik sehingga bisa menjadi produk yang laku dijual. Juga bisa kita nikmati sebagai minuman segar. Kita harus berterima kasih kepada mereka," kata Tuhu Bangun.

Tentang pencapaian para juara, Tuhu Bangun mengatakan, prestasi dibangun dari niat baik, kesungguhan, dan konsistensi. Seorang penyadap karet, misalnya, bisa meraih kinerja terbaik dengan produktivitas kilo gram per hari kerja maksimal pasti belajar dari pengalaman. Dengan kecerdasan intuitifnya, kata dia, seseorang akan terus mengevaluasi setiap langkah untuk mendapatkan kemajuan dan kelebihan.

"Untuk menjadi juara itu butuh niat baik alias attitude yang kuat, berusaha dengan penuh kesungguhan, dan menjalankan dengan konsisten. Dalam perjalanannya, kita akan menemukan cara terbaik sehingga bisa memperoleh hasil terbaik. Itu berlaku umum pada semua bidang dan semua pekerjaan. Jadi, ketika kita sudah bekerja selama 20 tahun, 25 tahun, bahkan 35 tahun, pasti sudah menemukan cara terbaik untuk melakukan yang terbaik. Kini saatnya kita bergerak dan bangkit," tambah dia.

Sementara itu, Supriadi Atib, sang penyadap terbaik I saat ditanya tentang pencapaiannya menyatakan rasa syukurnya. Dia mengaku, apa yang dia lakukan dalam menjalankan pekerjaan bukan untuk mengejar juara, tetapi untuk mendapatkan produksi sehingga meningkatkan pendapatan. Dalam kkonteks cara meningkatkan produksi, ia mengaku mengawali pekerjaan dengan berdoa dan melaksanakan tugas sesuai aturan yang diberlakukan.

"Sebenarnya saya ya kerja kerja saja. Yang penting dapat hasil banyak dan ancak (kebun bagian sadapnya) tidak rusak. Makanya kerjanya harus sesuai SOP, sesuai aturan supaya nyadapnya juga enak. Kalau sudah bagus dan teratur, gawangannya bersih, kerjanya juga enak dan lebih cepat. Tapi kalau rusak, kerjanya susah dan dapetnya juga sedikit," kata dia.

Menanggapi pesan Region Head kepada seluruh insan PTPN I Regional 7 tentang posisi penyadap, Supriadi mengaku tersanjung. Ia selama ini tidak terlalu menghiraukan pandangan orang lain terhadap pekerjaannya sebagai tukang sadap alias penderes. Tetapi ketika dijelaskan oleh Region Head, ia menyatakan terima kasih.

"Terus terang, tadi pas Pak Dir (direktur, maksudnya Region Head) bilang begitu, saya merasa gimana, gitu. Nggak enak, sebenarnya. Terharu. Jadi, saya ucapkan terima kasih. Semoga ke depannya lebih baik lagi," kata pria langsing didampingi rekan satu "rivalnya" Edi Irawan.

Para personel yang mendapatkan penghargaan kinerja terbaik ini diberikan piagam dan hadiah uang tunai. (**)






Editor: Muhammad Furqon





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos