Pasar Senggol Turkiye 2025: Semarak Budaya Nusantara di Jantung Istanbul

img
Pasar Senggol Turkiye 2025, festival budaya dan ekonomi kreatif tahunan di Istanbul Turkiye. Foto: Ist.

MOMENTUM, Turkiye--Istanbul, kota yang dikenal sebagai pertemuan dua benua, Sabtu 11 Oktober 2025 lalu, berubah menjadi panggung penuh warna khas Indonesia. 

Ribuan pengunjung tumplek blek di Hasköy Kültür ve Sanat Gösteri Merkezi, menikmati aroma sate padang, suara gamelan, dan gemulai tarian Betawi dalam gelaran Pasar Senggol Turkiye 2025 — festival budaya dan ekonomi kreatif tahunan yang digagas diaspora Indonesia bersama Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Istanbul.

Memasuki edisi keempat, festival tahun ini tampil lebih meriah dengan tema “75 Tahun Diplomasi: Diaspora Berdaya, Ekonomi Mendunia”, menandai tujuh setengah dekade hubungan diplomatik Indonesia–Turkiye. Sorotan budaya Betawi, parade busana tradisional, hingga ragam kuliner Nusantara menjadikan festival ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga ruang temu antarbangsa melalui cita rasa dan kreativitas.

Pasar Senggol Turkiye 2025, festival budaya dan ekonomi kreatif tahunan di Istanbul Turkiye. Foto: Ist.

Selama hampir sembilan jam acara berlangsung, tercatat sekitar 3.000 pengunjung hadir. Dari jumlah itu, 64,3 persen merupakan warga Indonesia, disusul warga Turkiye sebanyak 28,3 persen, dan sisanya perwakilan dari lebih dari 35 negara — mulai dari Malaysia, Perancis, hingga Amerika Serikat. Suasana multikultural yang tercipta seolah menjadi miniatur persahabatan antarbangsa.

Tak hanya budaya, geliat ekonomi juga terasa kuat. Sebanyak 29 tenant dengan total 41 booth memamerkan produk-produk unggulan, mulai dari kuliner khas Nusantara seperti rendang, mie ayam bakso, dan pempek, hingga produk kecantikan, fashion, dan jasa perjalanan. Dalam sehari, transaksi penjualan menembus lebih dari 1 juta Turkish Lira atau sekitar Rp400 juta — pencapaian luar biasa yang menunjukkan potensi besar ekonomi kreatif diaspora Indonesia di pasar global.

Ketua Pelaksana Pasar Senggol Turkiye 2025, Haritsah Mujahid, menyebut festival ini bukan sekadar bazar, melainkan wujud nyata cinta tanah air di perantauan.

“Pasar Senggol menghadirkan identitas Indonesia di tanah rantau. Budaya adalah kekuatan diplomasi yang menyatukan, sementara ekonomi kreatif menjadi jembatan kolaborasi tanpa batas,” ujarnya dalam siaran pers.

Haritsah juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berkontribusi, termasuk KJRI Istanbul, para sponsor, media partner, dan relawan yang disebutnya sebagai “Super Team” di balik kesuksesan acara.

Pasar Senggol Turkiye 2025, festival budaya dan ekonomi kreatif tahunan di Istanbul Turkiye. Foto: Ist.

Sementara itu, Pariani Windana, Ketua Yayasan Senggol Kreatif Indonesia, menegaskan bahwa Pasar Senggol telah berkembang menjadi gerakan budaya dan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.

“Sejak awal, kami ingin menjadikan budaya Indonesia sebagai jembatan diplomasi dan ruang bagi pelaku usaha diaspora untuk tumbuh. Tahun ini, semangat itu terasa semakin kuat,” katanya.

Apresiasi juga datang dari Konsul Jenderal Republik Indonesia di Istanbul, Darianto Harsono, yang hadir langsung di lokasi acara.

“Pasar Senggol adalah contoh konkret bagaimana diaspora menjadi ujung tombak diplomasi budaya dan ekonomi. Masyarakat Turkiye kini bisa mengenal Indonesia tidak hanya lewat cerita, tapi juga lewat rasa dan pengalaman langsung,” tutur Darianto.

Festival yang diwarnai tarian tradisional, musik, pencak silat, dan penampilan artis asal Jakarta itu benar-benar menjadi magnet. Di tengah gemerlap lampu Istanbul, Pasar Senggol Turkiye bukan sekadar pesta budaya, melainkan perayaan identitas bangsa — menghadirkan Indonesia lebih dekat ke dunia, dengan semangat persaudaraan, kreativitas, dan kebanggaan yang melampaui batas negara. (**)






Editor: Muhammad Furqon





Leave a Comment

Tags Berita

Featured Videos