Harianmomentum.com--Puisi gegabah anak mantan Presiden RI Soekarno,Sukmawati Soekarnoputri yang
dinilai telah "menghina" simbol-simbol Islam, seperti: syariat Islam, suara
azan dan cadar telah menghangatkan suasana Sikon polkamnas menjelang Pilkada
2018 dan Pilpres 2019.
Puisi tersebut ramai dicounter
warganet di medsos, bahkan sejumlah rencana aksi unjukrasa
disetting oleh kelompok anti Sukmawati, bahkan ada kelompok yang akan
"mengahokkan Sukmawati".
Ya, puisi Sukmawati tersebut seperti blunder pernyataan Ahok yang
mempermasalahkan surat Al Maidah 51, yang sama sama membuat situasi memanas
bahkan polarisasi tersebut masih terasa sampai saat ini, bahkan tenun
kebangsaan terancam rusak pasca statement Ahok, dan sekarang dilakukan
Sukmawati dengan obyek yang sama dinilai merendahkan Islam.
Banyak kalangan berpendapat jika tidak melakukan "blasphemy" maka
Ahok tidak ada lawannya yang sebanding di Pilkada DKI Jakarta tahun lalu.
Bahkan, blasphemy Ahok telah dijadikan "peluru politik"
untuk mengalahkan Paslon tertentu, dengan beberapa kelompok kepentingan
dan kelompok penekan dengan isu besar "jangan dukung atau pilih Paslon
yang diusung Parpol yang membela penista agama" dalam Pilkada 2018 bahkan
Pilpres 2019.
Bagaimana jika Sukmawati meminta maaf kepada umat Islam apakah goncangan
politiknya akan mereda? Jawabannya belum tentu, sebab ada umat Islam
yang karena aksesnya luas dan literasinya cukup baik tentu akan memberi
maaf, namun umat Islam dengan sikon berbeda jelas tidak memberi
maaf.
Apalagi memasuki "tahun politik" tentunya kasus Sukmawati akan
"dikapitalisasi", "digoreng" dan dipolitisir untuk tidak
hanya kepentingan Pilkada 2018 namun juga Pilpres 2019.
Bahkan, peluang Jokowi untuk terpilih kembali semakin mengecil jika
format dan konstruksi "opinion and news framing" dari kelompok anti
Jokowi semakin meluas dan merajai Medsos bahkan menjadi trending topic di media
massa mainstream.
Salah satu contoh sederhana dari "news framing" memanfaatkan
blunder Sukmawati adalah "Sukmawati Soekarnoputri adalah adik siapa, kakak
Sukmawati ketua umum Parpol apa ya dan Parpol tersebut mencalonkan siapa di
Pilpres 2019 nanti?".
Jika opini tersebut bergulir cepat dan gagal dicegah dini, maka nasib
Jokowi dalam Pilpres 2019 akan sama dengan nasib Ahok di Pilkada DKI Jakarta
tahun 2017, walaupun sebelum laga politik terjadi memiliki tingkat
elektabilitas yang tinggi berdasarkan survei, namun hasil akhirnya akan
keok. Kecuali Jokowi berani "cerai" atau "mbalelo"
dari Parpol yang telah dinilai mendukung penista agama.
Yang pasti "perang opini" terkait masalah ini akan terjadi baik
melalui artikel, pemberitaan, hasil survei dan mungkin dibahas dalam
diskusi serius semacam ILC di TV One. Kita berharap tenun berbangsa dan
bernegara tidak rusak. Semoga.
Penulis: Airla CEO Strategic
Assessment
Editor: Harian Momentum