Harianmomentum.com--
Pada umumnya, Al-Quran tertulis di atas sehelai kertas. Namun, bagaimana jika
kitab suci umat muslim tersebut tertulis di daun lontar.
Selain unik karena
bentuknya yang relatif besar, alquran yang ditulis di daun lontar juga
merupakan hal langka di dunia. Namun siapa sangka, di Provinsi Lampung, ada
al-Quran memang ada.
Alquran yang bernilai sejarah
tinggi itu milik H. Syafrin Romas, warga Jalan Woltermonginsidi 1 nomor 3,
Kelurahan Pengajaran, Kecamatan Telukbetung Utara, Kota Bandarlampung (samping
Emersia Hotel).
Al-Quran milik mantan
Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung di tahun
1990 itu diperkirakan sudah berusia ratusan tahun.
Pada Al-Quran berukuran
lebar 50 centimeter dan panjang 60 centimeter itu, tampak jelas tulisan
Al-Quran yang ada pada umumnya.
Tulisan utamanya
menggunakan tinta berwarna hitam. Digaris pinggirnya, ada tinta berwarna merah.
Sebanyak 114 surat yang
terdiri dari 6.666 ayat tersusun rapi pada permukaan 17 helai daun lontar yang
disatukan menggunakan rekatan kain pada ujungnya. Pada lembar pertama, tertulis
surah Alfaatihah hingga surat An-Nas pada akhirnya.
Bukan hanya itu, H.
Syafrin Romas juga menyimpan Al-Quran yang terbungkus kulit sapi yang umurnya
telah mencapai hampir dua abad, berukuran lebar 40 centimeter dan panjang 50
centimeter. Pada halaman terakhir Al-Quran berbungkus kulit sapi tersebut,
tertulis angka tahun 1252 Hijriah.
Soni Eriko, adik H.
Syafrin Romas menuturkan, Al-Quran tersebut didapatkan oleh sang kakak pada
tahun 1980 dari seseorang yang mengaku berasal dari Pulau Madura.
“Saat itu, ada orang yang mengaku dari Madura datang ke rumah kakak saya
di Jakarta Barat. Dia memberikan dua buah Al-Quran. Satu yang tertulis di atas
daun lontar, dan satunya tertulis di kertas namun dibungkus oleh kulit sapi,”
kata Soni Eriko kepada Harianmomentum.com, Selasa (5/6).
Pria yang akrab disapa
One tersebut menjelaskan, sosok pria yang memberikan Al-Quran kepada sang kakak
berpenampilan layaknya orang biasa.
“Saat memberikan
Al-Quran itu, dia cuma ngomong, ‘saya titip Al-Quran ini, tolong di jaga,”
ungkapnya.
Menurut One, baru di
tahun inilah ia dan sang kakak berkeinginan memperkenalkan dua Al-Quran
bersejarah tersebut kepada publik melalui siaran pers. “Kebetulan juga,
saat inikan bulan suci Ramadan. Bulan diturunkannya Al-Quran,” ucapnya.
Kini, kedua Al-Quran
tersebut diletakkan pada ruang tamu kediaman H. Syafrin Romas yang berada di
Jalan Woltermonginsidi 1 nomor 3.
“Kita mau membacanya
juga takutnya malah rusak. Karenakan umurnya sudah sangat tua. Jadi kita pajang
saja di ruang tamu,” jelasnya.
Sementara, Zulkarnain
selaku Peneliti Litbang Kementrian Agama mengungkapkan bahwa Al-Quran yang
tertulis di daun lontar merupakan peninggalan sejarah yang jarang ditemukan,
apalagi di wilayah Provinsi Lampung.
“Kalau untuk di Lampung, baru kali ini saya melihat ada Al-Quran yang tertulis
di daun lontar. Tapi untuk di wilayah lain memang ada,” kata Zulkarnain kepada
Harianmomentum.com.
Sayangnya, Zulkarnain
yang telah melakukan penelitian kitab kuno hingga ke Aceh tersebut belum dapat
mengungkapkan secara pasti asal muasal serta tahun dibuatnya Al-Quran yang
tertulis pada daun lontar tersebut.
“Untuk mengetahui secara
pastinya harus melalui penelitian dulu. Dari situ kita bisa memperkirakan
berapa umur Al-Quran ini, memakai tinta apa, dan dari mana asalnya,” jelasnya.
Namun demikian, menurut
dia, yang biasa menulis diatas daun lontar adalah warga Bali. Karena itu, tidak
menutup kemungkinan bahwa benar Al-Quran tersebut dari wilayah Madura yang
posisinya berdekatan dengan Bali.
“Kalau saran saya sih ini bisa di letakkan pada Museum Bayt Al-Quran di Taman
Mini, biar dapat di ambil sampel untuk penelitiannya,” jelasnya.
Sementara, untuk
Al-Quran berbungkus kulit sapi, Zulkarnain memperkirakan umurnya sudah hampir
dua abad. Karena, di halaman terakhir kita Al-Quran tersebut tertulis 1252
Hujriah.
“Sepertinya ini tahun
selesai ditulisnya Al-Quran. Artinya Al-Quran ini diperkirakan dibuat pada abad
ke 19” ungkapnya.
Zulkarnain juga tampak
heran melihat Al-Quran yang satu ini, karena tinta serta kertasnya masih utuh
walaupun umurnya sudah hampir 200 tahun.
“Biasanya, kertas yang
umurnya sudah 50 tahun saja menguning. Ini tidak. Kalaupun ini dibuat
menggunakan tinta cina, harusnya kertasnya bolong karena kimia dari tintanya
akan merusak kertas. Tapi ini tidak,” terangnya.
Karena keunikan kedua
Al-Quran tersebut, Zulkarnain akan kembali menyambangi kediaman H. Syafrin
Romas untuk mengambil seluruh sampel gambar dari setiap lembar kedua kitab
Al-Quran kuno tersebut. “Nanti kita akan coba melakukan penelitian bersama
rekan-rekan yang lain,” ujarnya. (acw)
Editor: Harian Momentum