Harianmomentum.com--Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2019 memang penuh kejutan. Di Lampung, tiga petahana Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI tersingkir oleh calon pendatang baru.
Berdasarkan hasil rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara KPU Provinsi Lampung yang dimulai sejak Kamis-Sabtu, 9-11 Mei, empat calon DPD terpilih justru wajah baru.
Suara terbanyak diraih Jihan Nurlela (adik kandung Bupati Lampung Timur) dengan total 810.373. Selanjutnya Abdul Hakim menempati posisi kedua dengan 381.963 suara dan Ahmad Bastian 377.067 suara.
Terakhir, mantan Bupati Waykanan Bustami Zainudin berhasil menempati posisi ke empat 285.784.
Sedangkan petahana Anang Prihantoro hanya mampu memperoleh 188.158 suara, sedangkan Andi Surya 172.723 suara dan Abdul Aziz Adyas (pengganti Ahmad Jajuli) hanya mendapat 170.023.
Menurut Akademisi Universitas Lampung (Unila) Yusdianto, ada empat hal yang melatar belakangi kekalahan para petahana tersebut.
“Banyak catatan khusus kenapa saat ini banyak pendatang baru yang meraih suara tertinggi. Yang pertama pendidikan politik masyarakat kini sudah meningkat, atau istilahnya sudah melek politik,” kata Yusdianto kepada harianmomentum.com, Senin (13-5-2019).
Maksudnya, masyarakat sudah bisa melihat siapa saja calon yang dianggap tepat, dianggap amanah dan dianggap layak untuk mewakili rakyat.
“Intinya, masyarakat menganggap petahana tidak maksimal menjalankan mandat dan amanah dari masyarakat,” jelasnya.
Selanjutnya yang kedua, kata Yusdianto, para pendatang baru telah melakukan kerja-kerja politik sebelum tahapan dimulai.
“Mereka sudah melakukan pendekatan kepada masyarakat jauh sebelum masa kampanye, saat petahana mungkin sibuk dengan aktifitasnya,” katanya.
Kemudian yang ketiga, wajah baru dianggap memberi harapan baru. Mereka menyampaikan visi-misinya dengan berbagai model, berbagai cara dalam kampanye sehingga melekat kepada masyarakat.
“Saya tidak katakan yang lama tidak layak lagi. Tapi memang mereka yang baru memberikan perspektif baru kepada masyarakat,” terangnya.
Yang terakhir masyarakat memandang para pendatang baru lebih dapat melakukan kerja politik di masyarkat dengan berbagai visi-misi yang mereka sampaikan, terlepas terealisasi atau tidak kedepannya.
“Kalau petahana saya lihat mereka kurang gereget. Apalagi mereka sebelumnya suddah menyampaikan janji-jani potiliknya, mungkin masyarakat melihat mereka kurang dalam memperjuankan kepantingan masyarakat ya,” ungkapnya.(acw/ap)
Editor: Harian Momentum